Melihat Lebih Dekat Anak Krakatau
#menembusangan
01.00
Waktu menunjukan pukul 16.00 WIB dan kerjaan masih belum selesai, mengingat hari Jum'at aku mulai bergegas menyelesaikan pekerjaan karena jalanan pasti macet. Pukul 17.00 lebih selesai sudah pekerjaan langsung mulai berberes, tas khusus sudah siap dibawa dan mulailah perjalan dimulai. Dengan memakai baju kantor yang masih rapi berangkatlah aku dari kantor di kawasan Dharmawangsa Jakarta Selatan menuju Semanggi kemudian ganti bus ke Merak. Sesampai di halte Busway Semanggi menunggu busway yang ke arah Slipi dari pukul 18.00 sampai 20.00 masih berdiri di halte karena saat itu macetnya luar biasa dan antriannya mengular. Dan akhirnya memutuskan keluar halte untuk mencari taxi, itu pun juga rebutan dengan penumpang lain. Setelah dapat taksi langsung menuju Slipi tempat bus tujuan merak lewat, yang bikin malunya argo taxi menunjukan tarif 20.400 kemudian aku bayar dengan uang 50.000, karena drivernya gak ada kembalianny nyarilah ke tasku ada uang 20.000 dan 1 keping uang logam 500an aku kasihlah " ini pak 20.500" kata aku ke driver, malah ngomel-ngomel dia "bang, kalo ngasih tuh seribuan! buat apa gopek di kasih?" kata driver. Tadi di bayar pakai 50.000an gak ada kembali terus di kasih uang pas malah ngomel-ngomel langsung aku tinggal aja.
Setelah itu langsung nyari bus ke merak, lihat yang AC pada penuh dan akhirnya sedapatnya aja naik bus non AC Bhin*k* jurusan Cirebon-Merak. Saat kondektur minta ongkos aku kasih 20.000 karena non AC, eh malah masih kurang lagi katanya tarif 35.000 ke merak, padahal yang AC aja cuma 25.000 kenapa lebih mahal? begitu pula dengan penumpang lainnya juga komplain masalah tarif.
Setelah 3 jam perjalanan sampailah di pelabuhan Merak langsung menuju tempat makan karena perut sudah lapar sambil menunggu rombongan berkumpul. Jam 00.00 baru naik kapal menuju Bakahueni dengan waktu tempuh 3 jam lagi. Karena mata sudah gak kuat melek lagi karena seharian kerjaan penuh langsunglah tidur di buritan kapal dengan beralaskan selembar koran dan beratap langit yang penuh bintang-bintang.
Sesampai di Bakahueni ganti dengan angkot lokal menuju pelabuhan cianti dengan jarak tempuh 2 jam, karena masih gelap mau menikmati pemandangan lintas Sumatera gak bisa ya melanjutkan tidur, kebayang kan rasanya tidur di angkot kaya apa, hahahaha. Sampai di pelabuhan Cianti langsung prepare berjelajah tanpa mandi dan tidak lupa sarapan dulu. Dari pelabuhan Cianti menuju ke Pulau Sebesi untuk bermalam disana membutuhkan waktu 3 jam lagi lewat jalur laut.
[ Pelabuhan Cianti ]
Sebelum ke Pulau Sebesi mampir dulu untuk explore di Pulau Sebuku Kecil dan Sebuku Besar, disitu memang gak bisa buat snorkling tapi pemandangannya luar biasa.
Setelah puas explore pulau langsung melanjutkan untuk mencari spot buat snorkling, tempat demi tempat di cari namun Dewi Fortuna mungkin juga lagi ngetrip di tempat lain akhirnya memutuskan untuk langsung ke Pulau Sebesi untuk menaruh tas dan sekaligus makan siang.
[ Pulau Sebuku ]
Kenyang makan siang lanjut mencari spot snorkling yang ada di sekitar sebesi, lagi-lagi belum beruntung karena cuaca lagi gak bersahabat. Kemudian perahu mulai mengarah ke Pulau Umang, dan lama kemudian jangkar di turunkan. Mau langsung lompat tapi ragu-ragu karena kapal goyangnya lumayan, aku pelan-pelan turun melewati tangga dan saat snorkling berpegangan dengan tali kapal, takut ombaknya belum tengan. Beberapa menit kemudian air mulai tenang dan mulai berani ke tengah-tengah, maklum belum bisa renang tapi sok berani nyebur asalkan pakai pelampung, hahaha.
[ Pulau Umang ]
[ Relaxasi di Pulau Umang ]
Hari mulai gelap waktunya berburu Sunset ala Pulau Umang, namun matahari masih malu untuk menunjukan aksinya dengan kata lain belum beruntung.
Untuk menginapnya kita nimbrung di rumah warga di Pulau Sebesi, jangan berharap mencari penginapan yang mempunyai fasilitas lebih karena listrik hanya aktif mulai pukul 18.00 sampai dengan 00.00 walaupun ada penginapan khusus dengan genset jumlahnya terbatas.
[ Gapura Pulau Sebesi ]
[ Dermaga Pulau Sebesi ]
Sebenarnya Sebesi kaya dengan sumber alamnya, dari hasil aku berceloteh dengan salah satu masyarakat lokal katanya banyak hasil bumi disani seperti mangga, kelapa dan coklat dan lain-lain. Disini ditanamin apa saja bisa tumbuh subur. Pikiranku apabila masyarakat bisa mengolah pasti nilai jualnya akan tinggi dan bisa membuat maju daerah Sebesi.
Malam mulai larut dan aku pamit untuk istirahat dengan fasilitas seadanya, untung aja aku bukan anak mall yang sering ngeluh kalo kepanasan *ups. Pukul 4.00 pagi langsung jalan mengarungi Samudera Hindia menuju Anak Krakatau. Dari dermaga ombak belum terasa, tapi setelah beberapa menit kemudian baru terasa banget seperti naik kora-kora. Gak lama kemudian pada muntah-muntah, jendela perahu kanan kiri pada penuh buat "hok". Aku langsung pindah keatas dak atas perahu sambil pakai pelampung biar gak ikut muntah. Karena cuaca lagi mendung dan sedikit gerimis yang membuat gelombang tinggi sehingga membuat kapal kepontang-panting dan aku diatas dak kapal cuma berpegangan tiang buat lampu layaknya seperti film-film luar negeri.
Tiga jam berlalu sampailah di Anak Krakatau, pasir-pasir pantainya yang hitam pekat yang membuat pemandangan yang berbeda, kata orang lebih sexy.
[ Anak Krakatau masih aktif ]
[ Pantai Anak Krakatau ]
[ Eksis dulu cuy ]
[ Backgroundnya Gunung Krakatau besar ]
[ Membelakangi Anak krakatau ]
Karena Gunung Anak Krakatau masih tergolong aktif jadi harus berhati-hati di sekitar gunung. Beberapa menit explore Anak Krakatau sampai naik ke atas dan tiba-tiba turun hujan, karena barang-barang berharga gak tahan air tanpa pikir panjang langsung lari dari atas menuju pos di bawah dekat perahu bersandar.
Hujan reda di lanjutkan perjalanan ke Lagoon Cabe tempat biota laut tumbuh berkembang, terumbu karang yang beraneka ragam, ikan-ikan yang asyik untuk di ajak bermain.
Kali ini Dewi Fortuna ikut explore ke Lagoon Cabe jadi keberuntungan ikut kita. Setelah puas snorkling kemudian kembali ke Pulau Sebesi buat bersih-bersih dan kembali ke Jakarta.