Kamis, 01 Desember 2016

Ulasan Buku : Flowers for Algernon

00.37





Penulis                   : Daniel Keyes
Penerbit                 : UFUK Press
Penerjemah           : Dewi Kartika Teguh Wati
Tahun Terbit         : 2007
Jumlah Halaman  : 457 halaman



Charlie Gordon adalah pria berusia 33 tahun, berprofesi sebagai penyapu lantai di toko roti  Donner dan terlahir dengan IQ 68. Sepanjang hidupnya Charlie selalu menjadi bahan olok-olokan teman-temannya bahkan oleh ibu nya sendiri, Rose. Awalnya Rose tidak menerima keadaan putra nya dan mulai mencoba berbagai cara untuk dapat menyembuhkan. Namun, karena tidak membuahkan hasil ia pun mulai melakukan kekerasan saat Charlie melakukan kesalahan. Ditambah lagi dengan kehadiran adiknya, Norma. Seolah keterbatasan kecerdasan adalah penyakit menular, Charlie sering mendapatkan perlakuan tidak adil. Norma selalu mendapat perlakuan khusus dan Charlie selalu dihukum.

Di kelas untuk orang dewasa terbelakang, tempat Charlie belajar membaca dan menulis, Ia memiliki guru favorit, yaitu Nona Kinnian. Nona Kinnian pun yang menyarankan agar Charlie sebagai orang terpilih untuk mengikuti eksperimen yang sedang dikerjakan oleh Profesor Nemur dan dokter Strauss, melihat dari ketekunan dan semangat Charlie untuk belajar. Eksperimen ini adalah teknik pembedahan otak untuk meningkatkan kecerdasan. Sehingga manusia yang terlahir dengan kecerdasan dibawah rata-rata dapat diubah menjadi manusia yang jenius.

Eksperimen ini telah sukses di uji cobakan kepada seekor tikus yang bernama Algernon dan mengalami peningkatan kecerdasan yang amat signifikan. Sebelum dilakukan operasi, Charlie harus mengikuti serangkaian tes. Salah satunya adalah berkompetisi dengan Algernon dalam tes melewati labirin. Selain itu, ia juga diwajibkan untuk menulis laporan perkembangan setiap harinya.
Setelah dilakukan operasi kehidupan Charlie Gordon pun berubah. Charlie seperti spons raksasa yang menyerap berbagai ilmu pengetahuan. Buku-buku di perpustakaan Universitas Beekman sudah menjadi temannya sehari-hari. Namun perkembangan kecerdasan ternyata tidak berbanding lurus dengan perkembangan emosi. Dalam diri Charlie masih tersimpan emosi anak kecil seperti sebelum ia dioperasi. 
Charlie perlahan berubah menjadi sosok yang emosional. Charlie mulai menolak mengikuti serangkaian tes yang memang harus dilaluinya untuk melihat perkembangan penelitian. Ia pun mulai berani membantah Prof Nemur dan dr Strauss. Bahkan Ia melarikan diri dan membuat kekacauan dengan melepaskan Algernon saat pameran dan presentasi penelitian karena merasa dirinya hanyalah “bahan percobaan” dan sebelumnya tidak dianggap manusia.

Banyak yang tidak menyukai kepribadian Charlie yang baru baik dari rekan-rekan di toko kue donner maupun di lab tempat melakukan riset. Tidak hanya itu, Charlie jenius selalu merasa bahwa ada sosok Charlie dungu yang sedang bersembunyi dan mengawasi gerak geriknya. Charlie jenius dan Charlie dungu bertukar peran pada saat Charlie jenius kehilangan kesadaran baik karena mabuk maupun tertidur.

Ternyata kejadian itu tidak hanya dialami oleh Charlie, Algernon pun mengalami perubahan perilaku yang nyaris serupa. Algernon tidak mau mengikuti tes labirin, mogok makan, mulai membentur-benturkan badannya ke kandang, bahkan mulai menyerang pasangannya dan manusia. Hal itu terus terjadi pada Algernon, hingga akhirnya dia mati.

Seperti kurva yang mencapai klimaks lalu menurun, apakah Charlie akan mengalami kemunduran kecerdasan secara drastis kemudian dan juga akhirnya mati? Atau kah ia mampu mempertahankan kejeniusannya?

Novel dengan judul asli yaitu Flowers of Algernon mengalami perubahan judul di Indonesia menjadi Charlie Si Jenius Dungu. Novel ini dikemas dalam bentuk laporan kemajuan yang ditulis oleh Charlie Gordon sendiri, sehingga kita dapat melihat kemajuan kecerdasan yang dia alami. Dari penggunaan kata yang terbalik balik sampai yang penggunaan diksi yang ilmiah dan jarang digunakan dalam keseharian. Kesan saya terhadap novel ini adalah, Pertama ini merupakan contoh novel fiksi sarat ilmu pengetahuan, teori psikologi khususnya. Menawarkan hipotesis dan diakhiri kesimpulan yang meyakinkan dengan didukung oleh teori-teori yang relevan dengan eksperimen tersebut.

Kedua, alur pada awal cerita bergerak cepat dan namun saat memasuki tengah cerita nampak agak lambat dan kembali menarik menjelang akhir. Ketiga, ada kalimat yang saya agak setuju dari novel ini, kalimat yang diucapkan suster yang merawat Charlie saat baru saja menjalankan operasi. Kalimatnya adalah, “mungkin mereka tidak punya hak membuat orang pandai karena karena jika Tuhan ingin menjadikan seseorang pandai. Dia dapat membuat nya terlahir pandai”.  Karena menurut saya setiap manusia memang memiliki keistimewaan, bila memang memiliki kekurangan dalam hal kecerdasan itu bukan berarti jadi manusia tidak berguna, tapi bisa dialihkan dengan kemampuan lain di luar akademis yang tentu saja peranan keluarga dan masyarakat pun memegang peranan penting untuk mengarahkan dan mengawasi
Terima kasih sudah membaca ulasan saya J



Diulas oleh Dwi Isti Anggraini

Sabtu, 19 November 2016

Pendakian Singkat Gunung Bongkok

10.00
     Gunung Bongkok merupakan salah satu gunung yang terletak di Desa Cikandang Kabupaten Purwakarta dengan ketinggian 975 Mdpl. Akses dari terminal atau stasiun di Purwakarta sangatlah mudah, dengan menyewa angkot lokal akan di antar sampai lokasi.

     Kami rombongan berangkat dari Stasiun Jakarta Kota menggunakan kereta Patas Purwakarta menuju Stasiun Purwakarta tarifnya cuma Rp. 6,000 dengan fasilitas di kereta AC, toilet serta tempat duduk sama seperti kereta ekonomi yang ke Jawa, bener-bener murah bukan? cocok lah bagi kami yang irit budget. Waktu tempuh Jakarta-Purwakarta sekitar 150 menit tapi tergantung situasi juga kalo ada keterlambatan dan pemberangkatan dari Jakarta hanya 3 kali di jam yang sudah di tentukan. Sesampai di Stasiun Purwakarta sudah di tungguin Mang Jajang yang punya angkot, dia menyiapkan 2 mobil untuk kami menuju basecamp Gunung Bongkok dengan rute yang variatif dari jalan aspal, jalan sedikit bebatuan, jalan cor, naik-turun dan berkelok-kelok. Sekitar 2 jam perjalanan menuju basecamp tidak lah membuat bosan karena kita bisa melihat sawah-sawah mirip di Ubud serta beberapa gunung yang menjulang tinggi.

     Sesampai di basecamp mengurus simaksi lanjut berjalan sekitar 10 menit menuju pos 2 di camp ground untuk mendirikan tenda, tempat mau buat diriin tenda se RT cukuplah dengan ada beberapa saung besar dan dekat dengan toilet. Dari pos 2 ini kita sudah bisa melihat Waduk Jatiluhur dan kalau malam terlihat lampu-lampu Kota Purwakarta.

     Rencana jam 5 pagi mau summit ke puncak lihat sunrise katanya, ternyata masih mager buat beranjak dari tenda, haaha.. Mungkin lelah karena malemnya ronda sampai larut malam. Tracking ke puncak memakan waktu sekitar 1,5 jam dengan medan tanan dan bebatuan juga, kemiringan dari 15 derajat sampai 45 derajat lebih ada yang mengharuskan tenaga extra, tapi tenang disana sudah terpasang tali untuk membantu kita untuk naik dan turun sehingga tidak begitu susah untuk melewatinya. Satu, dua, tiga, empat, lima tanjakan di lewati ketemulah percabangan antara ke puncak batu tumpuk dan ke puncak datar 2. Dan kami memilih ke puncak batu tumpuk atau dengan nama lain Puncak Singeluk, dengan 1 tanjakan anak tangga sudah sampai. Dari puncak tersebut bisa memandang 360 derajat sekeliling Gunung Bongkok, kita bisa melihat Gunung Parang yang gagahnya dan di baliknya ada Gunung Lembu serta Waduk Jatiluhur yang tenang.


 
Puncak Singeluk Gunung Bongkok



Jangan lupa tonton video singkat perjalan dari awal perjalan sampai puncak Gunung Bongkok, seru lho perjalannya...






Minggu, 13 November 2016

Ulasan Buku : Menikah Titik Dua

20.52




Penulis                    : Agustina K. Dewi Iskandar
Penerbit                  : PT. Grasindo
Editor                     : Fanti Gemala
Tahun Terbit          : 2014
Jumlah Halaman   : 183 halaman



     Khansa adalah seorang istri dari pria bernama Loki dan ibu satu anak bernama Raira. Awalnya, Khansa yang memutuskan untuk menikah di usia awal 20-an merasa bahagia dalam menjalani peran sebagai ibu rumah tangga.


“Laki-laki adalah angin. Mereka memang punya legalitas untuk memanjangkan langkah dan pulang kapan saja karena memang diciptakan bukan untuk membawa rumah di atas pundaknya, melainkan menyangganya dengan kerja, karya dan doa.
Sementara perempuan mari kita berbangga dengan metaphor siput perkasa. Rumah menjadi indah dan cerah karena senyum. Senyum menjadi berkilau dan hangat karena ikhlasnya. Karena memang perempuan bukan sang superman pencari nafkah dan pemburu karier. Maka wahai perempuan, jangan pernah lelah dengan kodratmu. Karena pada ikhlas itulah, maka titik menuju surga akan terbuka” (hal. 27-28)


     Memiliki sosok suami yang sempurna, anak yang manis dan kehidupan pernikahan yang amat baik awalnya memang terasa menyenangkan. Menjalani kehidupan peran sebagai ibu rumah tangga dengan kehidupan pernikahan yang biasa-biasa saja, membuat sosok Khansa yang periang dan dinamis merasa stagnan dan kehilangan orientasi dalam hidupnya.


“Setelah begitu banyak kebaikan, aku masih boleh ngerasa nggak puas dan mulai meminta yang lain nggak ya?” (hal. 60)

“Nah, susah nggak sih jadinya kalu ternyata kita menyadari kalau kita menikahi orang yang nggak tepat? Lalu, kita harus menjalani segala perangkatnya sebagai sebuah rutinitas yang sifatnya siklis, terus berputar tanpa titik temu.” (hal. 101)


     Untuk mengukuhkan eksistensi, bahwa masih ada sosok Khansa di dunia ini, Ia pun sering membuat tulisan yang berisi gagasan maupun curahan hatinya di blog yang diberi judul “Sebuah Blog”. Seolah semesta sedang mempermainkan nasib kedua insan, tanpa sengaja Khansa bertemu kembali dengan pangeran masa lalunya yang menikmati dan menghayati tulisan-tulisannya di blog.

     Wibi adalah sosok masa lalu Khansa. Dengan Wibi, Khansa mampu dengan leluasa berbagi hal-hal terdalam bahkan yang tidak mampu diungkapkan kepada suaminya. Wibi adalah pemberi warna baru dalam hidupnya.


“Berapa mahal harga sebuah kesetiaan,
Namun lebih mahal lagi makna sebuah keikhlasan dan keyakinan untuk setia tanpa harus berhitung.” (hal. 115)


     Frekuensi dan durasi Khansa di depan laptop cukup membuat Loki curiga. Sering kali Loki mengamati punggung Khansa yang terbangun di tengah malam dan asik dengan laptop hitam kecilnya. Loki pun bertanya kepada hati kecilnya dengan siapa kah Khansa berkirim pesan selarut ini? Apa yang sedang ditulisnya? Serta apa yang diperbuat sosok tersebut sehingga sekarang Khansa nampak lebih cantik, ceria dan bercahaya? Yang pasti bukan karena dirinya.

     Meskipun Khansa berusaha menyembunyikan interaksinya dengan Wibi dengan sangat rapi, semakin hari Loki semakin menaruh curiga sampai akhirnya dia pun merekam segala percakapan instan yang Khansa lakukan. Boom!! Terjawab lah akhirnya kecurigaan dan pertanyaan yang menggerogoti benak Loki selama ini.

     Dengan berbesar hati, Loki pun meminta Khansa untuk berhenti dan kembali pulang ke dalam genggamannya. Khansa dengan kesadaran penuh akhirnya kembali pulang ke hati suami nya. Wibi pun  memutuskan untuk menjalin hubungan dengan wanita lain dan menikah.


“…… dan kita harus belajar bahwa merelakan juga merupakan salah satu cara untuk mendapatkan dengan pengertian tertentu….” (hal. 158)


     Loki, sosok pria yang sempurna ternyata hanya selalu berusaha tampil sempurna demi menyembunyikan satu kekurangan yang mencengangkan yang ada dalam dirinya. Loki pun terjebak dalam cinta lain yang tidak mampu ia hentikan. Setelah Khansa dan Loki akhirnya menjalani hidup masing-masing. Undangan Wibi terlanjur meluncur ke genggaman Khansa. Lalu novel berakhir begitu saja..

     Akankah Wibi mampu bersanding dengan wanita yang memang sudah sejak lama diidam-idamkannya? Bersanding atas penantian cinta yang diawali dengan salah sehingga kemudian dia dapat?

     Pendapat saya setelah membaca novel ini adalah; Pertama novel ini telah mengubah persepsi saya tentang sajian-sajian novel pernikahan pada umumnya. Jangan mengharapkan tips menghadapi hiruk pikuk rumah tangga dan solusi terbaik yang ditawarkan ketika menikmati novel ini.


“Pernikahan adalah sebuah batas absolut, tapi ia juga menyimpan kehancuran yang absolut”
 (hal. 24)


     Kedua novel ini membuat pembaca tersesat dalam pikiran tokoh utama yang sedang menghadapi konflik rumah tangga dengan taburan masa lalu. Sehingga pembaca yang khususnya tengah berumah tangga lantas berpikir, sudah ikhlas kah kita menjalani rumah tangga dan menikmati setiap prosesnya dengan lapang dada.

     Ketiga, dalam novel ini Saya kembali berkenalan dengan Johari Window. Teori psikologi komunikasi yang sudah saya akrabi sejak dibangku kuliah dulu diulas sedikit dalam novel ini. Saya cukup senang membacanya.


“Memberikan nama hanya proses membedakan saja agar malaikat tidak tertukar saat mencatat dalam jurnalnya” (hal. 35)


     Keempat, novel ini banyak menggunakan diksi yang terasa berat untuk dipahami. Penulis sesekali menggunakan kata yang jarang digunakan dalam keseharian. Contohnya dalam sajak berikut:


“SAJAK DI TITIK NOL
Masa mengakar pada almanac
Waktu mengikat peristiwa
Kau tiada
Segala jejak tak satu pun terkelupas
Kenangan berharap menjadi batu
Gemanya berulang kali
Setia menantiku kembali” (hal. 33)


Secara keseluruhan novel ini cukup menarik untuk disimak. Meskipun alur dan konfliknya cukup mudah terbaca. Terima kasih telah membaca ulasan saya J


Diulas oleh Dwi Isti Anggraini

Minggu, 06 November 2016

Ulasan Buku : Daddy’s Little Girl

23.01




Penulis                    : Mary Higgins Clark
Penerbit                  : PT. Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa            : Kathleen SW
Tahun Terbit          : 2004
Jumlah Halaman   : 440 halaman

Ellie Cavanaugh mendapati kakaknya, Andre Cavanaugh tidak pulang tadi malam. Pada malam sebelumnya Andrea izin untuk mengerjakan tugas dan belajar matematika di rumah Joan dan akan pulang sendiri tepat pada pukul 9 malam. Namun lewat dari waktu yang dijanjikan Andrea belum pulang juga, bahkan setelah disusul oleh ibu nya ke kediaman Joan ternyata Andrea sudah izin pulang dari pukul 8.
Ayahnya yang merupakan polisi daerah tempat mereka tinggal, Oldham, saat mendengar kabar tersebut langsung mengerahkan rekan-rekannya untuk mencari dimana keberadaan Andrea. Bahkan sampai pada keesokan harinya, pencarian itu pun masih nihil. Andrea belum ditemukan.
Andrea merupakan sosok yang remaja 15 tahun yang menyenangkan. Meskipun sedikit bandel, Andrea banyak disukai oleh orang-orang. Andrea memiliki pacar, yaitu Rob Westerfield yang juga memiliki perilaku serupa. Rob pernah ditilang karena kedapatan mengebut dan ada Andrea disebelahnya. Andrea dan teman-temannya pun sering pergi ke “tempat persembunyian” untuk merokok dan nongkrong. Ellie sering diajak untuk pergi ke tempat persembunyian, meskipun sering dikeluhkan oleh teman-teman Andrea yang lain, Andrea selalu bilang bahwa Ellie anak yang baik dan tidak suka mengadu.
Tau bahwa pencarian Andrea belum menemukan hasil, maka Ellie mencoba mencari di tempat persembunyian. Tempat persembunyian sesungguhnya adalah garasi rumah Nenek Rob yang hanya didatangi pemiliknya untuk menghabiskan waktu di musim panas. Betapa terkejutnya Ellie ketika mendapati apa yang dicarinya. Mayat Andrea ditemukan dengan luka penganiayaan di bagian kepala.
Pencarian pelaku pun dimulai. Rob ditangkap karena, kesaksian Ellie bahwa kakaknya memang berencana untuk menemui Rob di garasi setelah pulang dari rumah Joan. Baju-baju Rob yang dicuci menggunakan pemutih pun masih ada bekas noda darah Andrea. Serta dongkrak yang menjadi senjata pembunuh tersimpan di bagasi mobil Rob terselip beberapa helai rambut Andrea.
Menjalani 22 tahun masa hukuman di penjara tidak membuat Rob mengakui kejahatannya. Di akhir masa tahanannya, Rob mengajukan pembebasan bersyarat dan berupaya untuk membersihkan nama baiknya dengan cara mengajukan sidang ulang dengan membawa saksi kunci yaitu Will Nebels.
Will Nebels, pekerja serabutan yang menawarkan jasa membereskan rumah-rumah di kawasan Oldham, membuat kesaksian bahwa pada malam kejadian dia melihat sosok Paulie Strobel mengendarai mobil Rob dan membunuh Andrea di garasi rumah nenek Rob. Paulie memang sudah sekian tahun memendam hati kepada Andrea, namun cinta nya tidak pernah terbalas.
Ellie yang sudah menjadi reporter investigasi di Alaska saat melihat tayangan tersebut di televisi merasa geram atas pengakuan yang dikemukakan Will Nebels. Ellie yakin bahwa Will Nebels sudah disuap oleh keluarga Westerfield.
Seketika itu Ellie meninggalkan kariernya dan melakukan penyelidikan untuk membuktikan bahwa Rob memang bersalah. Tidak segan-segan Ellie mendatangi penjara sing sing, tempat Rob ditahan, dengan membawa karton yang bertuliskan, siapa yang dapat memberi informasi mengenai Rob Westerfield maka akan mendapatkan imbalan serta tidak lupa dicantumkan no hp nya. Tidak hanya itu, Ellie pun melakukan penyelidikan ke sekolah-sekolah yang pernah Rob masuki untuk melihat track record-nya.
Setiap informasi yang Ellie peroleh dari berbagai informan dan bukti-bukti selalu dia tuliskan di website. Tulisan Ellie di website nampaknya cukup dikhawatirkan keluarga Westerfield yang memang dipandang terhormat di masyarakat.
Kejadian-kejadian mengerikan pun segera saja menghampiri Ellie, dimulai dari apartemennya yang dimasuki orang, adanya tambahan catatan di laptop, apartemennya terbakar pada saat tidur, ada yang menguntit setiap Ellie bepergian bahkan sampai mobilnya dihancurkan dan tangki bensinnya dipenuhi pasir. Mengetahui hal-hal tersebut, ayah, adik tiri dan mantan ataasan Ellie, Pete sungguh mencemaskan keadaan Ellie.
Betulkah Rob Westerfield terbukti bersalah? Siapakah selama ini yang mengincar nyawa Ellie? Mampukah Ellie selamat?

Pendapat saya setelah membaca novel Daddy’s Little Girl ini adalah: Pertama tokoh utamanya bukanlah karakter yang menyenangkan dan dengan mudah dijadikan favorit. Selain keinginan untuk mengungkap pelaku pembunuh Andrea, nyaris semua isi benaknya tidak mengandung simpatik. Belum lagi kekeraskepalaan dan kekurangajarannya yang bikin antipati. Bayangkan sudah ditawari berbagai macam kebaikan, dari ayah, adik tiri, teman Andrea (Joan), mantan atasan (Pete), bahkan Mrs. Hilmers yang apartemennya terbakar habis saat karena Ellie di dalamnya, dia tetap tidak peduli.
Kedua sepertinya Ellie hidup di masa lalu. Di beberapa kesempatan Ellie selalu membayangkan kalau Andrea masih hidup, pasti keluarganya masih kumpul bersama, harmonis dan tidak terjadi kejadian-kejadian buruk yang dialaminya sekarang. Ketiga Paulie Strobel juga bukan sosok yang menyenangkan. Pemuda dewasa digambarkan terlalu lemah. Bayangkan pada saat dituduh oleh keluarga Westerfield sebagai pembunuh Andrea sesungguhnya, Paulie langsung mencoba bunuh diri dengan mengiris urat nadi. Paulie juga selalu didampingi ibunya ketika mengungkapkan kesaksian.
Ketiga novel ini agak membosankan, karena mengangkat kejadian 22 tahun yang lalu bahkan pelaku sudah menjalani masa tahanan. Bahkan saya sudah dapat menebak siapa pelaku nya di tengah-tengah membaca. Membaca novel ini, saya membutuhkan waktu yang lebih lama dibanding karya Mrs. Clark yang lain. Keempat seperti novel-novel pendahulunya, selalu disisipkan unsur romantik di akhir cerita. Bahwa tokoh utama akhirnya bertemu dengan pujaan hati.
Sekian ulasan dari saya, terima kasih.


Diulas oleh Dwi Isti Anggraini

Rabu, 02 November 2016

Ulasan Buku : You Belong to Me

00.32




Penulis                   : Mary Higgins Clark
Penerbit                 : PT. Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa           : Rini Buntaran
Tahun Terbit          : 1999
Jumlah Halaman    : 400 halaman

Susan Chander, seorang psikolog klinis dan pembawa acara regular di salah satu program radio populer “Tanyakan Susan” sedang mempromosikan sebuah buku yang baru dilaunching berjudul “Wanita-wanita yang Lenyap” karya dari Donald Richard, seorang penulis buku dan juga psikiater kriminologi. Buku itu menceritakan tentang semakin maraknya wanita yang raib secara mendadak tanpa kabar, sampai bagaimana teknik proteksi yang mudah dilakukan wanita-wanita ketika menghadapi situasi yang sulit.
Beberapa saat pada sesi tanya jawab dan konsultasi di radio, semua berjalan baik dan lancar. Sampai Susan menyinggung mengenai kasus Regina Clausen, seorang konsultan keuangan muda berbakat, yang lenyap 3 tahun yang lalu saat berpesiar ke Hongkong dan hanya meninggalkan cincin sederhana berbahan pyrus yang di dalamnya berukirkan “you belong to me”. Pada saat sesi telepon interaktif, tersambung salah satu pendengar yang membeberkan bahwa dia pun mendapat cincin serupa dan ajakan dari seorang pria menawan yang belum pernah dikenalnya pada saat berpesiar sendirian.

Tidak lama setelah mengungkapkan kesaksian, sang penelepon pun menjadi korban dari kecelakaan lalu lintas yang di sengaja. Bahkan tiap-tiap bukti yang semakin mendekatkan untuk mengungkap jati diri si pelaku, malah menjadi korban berikutnya.


See the pyramids along the Nile
Watch the sun rise from the tropic isle
See the market place in Old Algiers
Fly the ocean in silver plane
See the jungle when it’s wet with rain
Just remember till you’re home again
You belong to me


Menatap matahari terbit di pulau tropis
Melihat pasar di Aljir kuno
Menyebrangi lautan dengan pesawat perak
Melihat hutan basah tertimpa hujan
Ingatlah sampai kau kembali pulang
Kau milikku


         Akan kah lirik lagu tersebut menjadi kunci dari kasus pembunuhan berantai? Mampu kah Susan Chandler berlomba dengan waktu sebelum kakaknya, Dee Chandler menjadi mangsa berikutnya?

Kembali Queen of suspense, menunjukkan taringnya dalam karya nya ini. Alur yang dibuat cepat, penulisannya pun padat, minim kiasan yang mempermudah pembaca dalam memahami cerita. Selalu ada kejutan yang disuguhkan di setiap halaman yang dibalik. Bukan jenis buku yang cocok dibaca untuk pengantar tidur. Alih-alih terlelap karena jenuh membaca isi buku, pembaca malah dibuat penasaran atas cerita yang tidak tertebak dan berupaya menduga-duga sendiri siapa pelaku pembunuhan berantai.
Seperti yang sudah menjadi ciri khas Mrs. Clark, setiap tokoh dideskripsikan sebagai pribadi yang baik, professional dan terhormat di masyarakat. Namun di sisi lain, setiap tokoh pun dibuat memiliki kemungkinan yang sama besarnya untuk menghabisi nyawa orang-orang yang menjadi korban.
Pesan Saya yang sudah sudah lebih dulu membaca novel “Loves Music, Loves to Dance” yang juga karya Mrs. Clark dan langsung membaca novel ini, sebaiknya relax and take a deep breath for a while dulu deh. Karena ada beberapa tokoh yang diberi nama yang serupa di novel yang Say abaca sebelumnya, meskipun cerita masing-masing novel tidak ada korelasinya sama sekali. Awalnya Saya sempat kebingungan karena di novel sebelumnya tokoh A kepribadiannya baik, tapi kenapa di novel kepribadiannya jadi buruk. Pikiran Saya, mungkin Mrs. Clark menyukai nama-nama tertentu sehingga digunakan kembali hehe..
Sekian ulasan dari Saya, terima kasih telah membaca yaa J


Diulas oleh Dwi Isti Anggraini

Senin, 31 Oktober 2016

Ulasan Buku : Loves Music, Loves to Dance

00.21





Penulis                  : Mary Higgins Clark
Penerbit                : PT. Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa          : Widya Kirana
Tahun Terbit         : 1995
Jumlah Halaman   : 480 Halaman



Erin Kelley dan Darcy Scott sudah menjadi sahabat semenjak menjadi teman berbagi kamar di masa kuliah. Setelah lulus kuliah, Erin dan Darcy pindah ke kota untuk mengejar karier. Erin berprofesi sebagai desainer perhiasan yang amat berbakat, Darcy sukses sebagai ahli tata ruang. Mereka bersama-sama menjawab iklan kencan di surat kabar New York, untuk membantu Nona Robert, seorang produser TV yang sedang melakukan riset mengenai karakter maupun pengalaman orang-orang yang memasang iklan kencan di surat kabar. Nona adalah teman sesama klub dansa Erin dan Darcy.
Menjawab iklan kencan awalnya hanya kejadian dan keisengan tidak membahayakan. Sampai suatu malam Erin menghilang….
Beberapa hari kemudian mayat Erin ditemukan di dermaga di kawasan Manhattan dengan sepatu kanan mengenakan sepatu dansa bertumit tinggi dan runcing, kaki yang lain mengenakan sepatu nya sendiri. Kejadian ini serupa dengan peristiwa 15 tahun lalu yang menimpa Nan Sheridan dan beberapa gadis muda lainnya.
Apakah pembunuhan ini hanya sekedar copy-cat murder? Atau kah episode pembunuhan berantai dengan iklan kencan menarik lewat surat kabar?
Novel bergenre suspense thriller ini ditulis dengan anggun oleh Mary Higgins Clark. Dengan menggunakan tokoh cerita kalangan menengah atas dalam potret kehidupan yang harmonis, membuat pembaca menebak-nebak siapakah identitas pembunuh. Kepribadian tiap-tiap tokoh digambarkan dengan apik sehingga memudahkan penghayatan. Identitas pembunuh tersembunyi rapat dan rapi sampai melancarkan aksi terakhirnya. Setiap tokoh dibuat sedemikian rupa memiliki motif yang kuat untuk membunuh korban. Di akhir cerita pembaca akhirnya menyadari bahwa bahaya justru mengancam dari kehidupan yang biasa-biasa saja.


Diulas oleh Dwi Isti Anggraini 


















Rabu, 26 Oktober 2016

Selamat Hari Blogger Nasional

21.18
       Entah saya sudah bisa disebut sebagai Blogger atau belum itu gak penting, bagi saya bisa menulis dan menuangkan cerita ataupun informasi di dunia maya itu sudah membuat senang walaupun tulisan saya masih belum tertata dan penggunaan bahasanya belum benar.










       Hari ini yang bertepatan tanggal 27 Oktober adalah Hari Blogger Nasional di gagas oleh Muhammad Nuh yang waktu itu menjabat sebagai Menteri Komunikasi dan Informatika.

       Pada awalnya saya hanya iseng-iseng menulis cerita tentang pengalaman pribadi, karena kalau hanya diceritakan lewat lisan hanya beberapa orang orang saja bisa tahu dan seiring waktu akan lupa apa yang diceritakan dulu. Namun lewat tulisan ini cerita saya bisa dibaca oleh teman saya, temannya teman saya dan siapapun yang ingin membacanya, bahkan sampai kapanpun masih bisa di baca ceritanya.

Salam Blogger,
Budayakan menulis dan membaca.


Sabtu, 13 Agustus 2016

Sensasi Camping Via Ferrata di Gunung Parang

04.21
     Gunung Parang terletak di Desa Pesanggrahan, Tegalwaru, Purwakarta merupakan gunung bebatuan yang menjulang tinggi cuma sekitar 963 Mdpl. Walaupun "cuma" namun tidak mudah untuk mencapai puncaknya karena terdapat 3 puncak dengan jalur yang masih susah dilalui.
Kami bersembilan dengan formasi dua cowok dan enam cewek mencoba untuk camping di Gunung Parang. Jalur yang kami lalui kali ini agak berbeda dari jalur yang pernah di coba di gunung-gunung yang lain, yaitu via Ferrata (mendaki dengan memanjat tangga-tangga besi). Berhubung medan yang dilalui tidak seperti biasa bahkan harus menggendong kulkas dua pintu a.k.a tas carrier maka kami kurang-kurangin barang bawaan untuk di bawa naik keatas agar tidak beresiko, kata guide setempat baru pertama ini rombongan kami yang camping di atas  (100 Mt) dengan menggendong kulkas dua pintu.




[ Gunung Parang Via Ferrata ]




     Mulai pasang Hardness ke badan kemudian di beri pengarahan untuk naik, dengan muka pada tegang namun instruktur tetap santai menanggapinya dengan becandaannya. Yuk mulai langkah pertama pertama mengaitkan Carabiner ke kabel sling kemudian memanjat tangga besi, berasa gimana gitu.. gemeteran atas bawah tapi dengan muka yakin bisa sampai atas. Langkah demi langkah melalui di bawah teriknya sinar matahari, keringat terus ngalir bukan karena takut, hahaha. Kalau masih di tengah jalan terasa capek bisa istirahat sejenak dengan mengaitkan Carabiner ke tangga sampai posisi badan menggantung agar tidak menjeblos ke bawah. Kami naik santai dengan waktu sekitar 45-60 menit sambil mengabadikan momen bergelantungan tali. Agak berat sih karena harus menggendong kulkas dua pintu juga.




[ Team Kesembilanan ]





[ Pemanasan Sebelum Merayap di Dinding ]




     Sesampai di atas istirahat sejenak dan tidak lupa lagi untuk selfie di salah satu tebing yang sudah disiapkan pengamannya. Dengan berbagai gaya sampai memori penuh tidak dikenakan tarif, asal kalian bahagia.. hahaha.




[ Dimulai dari sini ]




















[ Selfie Area ]




     Setelah itu kami memasang tiga tenda dengan kapasitas masing-masing tiga orang di susun sesuai tempatnya karena lokasi sangat minim untuk memasang tenda. Setelah semua beres langsung pada masuk tenda dan tidur pules padahal matahari masih tinggi. Tapi memang terasa lelah banget karena paginya habis nanjak ke Gunung Lembu terus turun lanjut Gunung Parang. Walaupun mayoritas cewek tapi mereka kuat-kuat banget, ga tau makanannya apa mereka bisa sekuat itu. Dan jam 16.30 kemudian hujan turun kurang lebih sampai jam 20.00, benar-benar pules buat tidur. Bangun-bangun pun berasa sudah pagi, ternyata masih jam 20.00an dilengkapin rasa lapar pula. Dengan logistik seadanya kamipun tanggap mengolahnya untuk mengobati rasa lapar.

     Duduk-duduk diatas susunan bambu saling bercerita dari masalah perjalanan, hubungan asmara, pendidikan dan lain-lain. Menghabiskan malam di bawah sinar bulan entah ada apa aja buat bahan pembicaraan yang penting ramai. Dan yang paling seru membicarakan pada waktu SMA dari masa bandelnya di kelas, bandel di luar kelas sampai muncul tagline "ga ada beban, ga ada pikiran, ga punya duit masih bisa tenang" atas karya bang Dikung, hhhaaaha. Setiap pembicaraan selalu diakhiri dengan tagline itu, nyambung ga nyambung asal kocak. 
Rasa kantuk mulai menyerang dan peserta mulai berguguran masuk ke tenda. Dengan posisi seperti pisang sale yang penting bisa tidur. Sekitar jam 1-2 pagi ada hal yang aneh diluar tenda, pikir saya itu paling salah satu temen lagi buang air kecil atau monyet nyari makan. Tidur kebangun tidur kebangun tapi suara itu muncul ilang terus, kata saya ini pasti gak beres. Karena yang diatas hanya kelompok kami saja yang bermalam mau ga mau dipaksain harus bisa tidur agar menghilangkan rasa takut itu.

     Pagi pun tiba dan teringat lagi malam itu, namun diantara kami tidak ada yang mengangkat cerita itu dan lanjut berkemas-kemas untuk turun. Jalur yang dilalui turun tidak via ferrata lagi, melainkan jalur traking bisa dikatakan agak susah karena licinya medan yang belum terbentu undak-undakan pijakan kaki. Sekitar 30-40 menit turun sampai basecamp dilalui lanjut bersih-bersih dan mandi dengan dua kamar mandi yang tersedia di lokasi.




[ Camp Ground ]












Dilanjutkan perjalanan menyewa angkot dari Gunung Parang ke Stasiun Purwakarta dengan waktu tempuh 1,5 jam kemudian ganti kereta ekonomi dari Stasiun Purwakarta ke Stasiun Pasar Senen hanya bertarif Rp. 6000,- sudah AC sangatlah murah dibanding naik bus. Di perjalan ke Jakarta tiba-tiba ada yang menanyakan kejadian semalam terdengar langkah kaki di sekitar tenda, nah beberapa teman pun juga mengalami hal tersebut dan ternyata benar semalam ada miss uniperes lagi mengelilingin tenda-tenda kami. Rasa takutpun terbayar kalo "mereka" ternyata ada di sekitar lokasi camping.









[ Stasiun Purwakarta ]





[ Tiket Kereta Hanya Rp. 6000 ]



     Sebenarnya tidak masalah kalau kita tidak mengganggu "mereka" yang penting berdoa minta keselamatan dan lindunganNya. Next time kami akan mencoba ferrata kembali yang lebih tinggi di Gunung Parang yang katanya tertinggi kedua se Asia.



Follow me

Jangan hanya angan di angan saja