Kamis, 01 Desember 2016

Ulasan Buku : Flowers for Algernon






Penulis                   : Daniel Keyes
Penerbit                 : UFUK Press
Penerjemah           : Dewi Kartika Teguh Wati
Tahun Terbit         : 2007
Jumlah Halaman  : 457 halaman



Charlie Gordon adalah pria berusia 33 tahun, berprofesi sebagai penyapu lantai di toko roti  Donner dan terlahir dengan IQ 68. Sepanjang hidupnya Charlie selalu menjadi bahan olok-olokan teman-temannya bahkan oleh ibu nya sendiri, Rose. Awalnya Rose tidak menerima keadaan putra nya dan mulai mencoba berbagai cara untuk dapat menyembuhkan. Namun, karena tidak membuahkan hasil ia pun mulai melakukan kekerasan saat Charlie melakukan kesalahan. Ditambah lagi dengan kehadiran adiknya, Norma. Seolah keterbatasan kecerdasan adalah penyakit menular, Charlie sering mendapatkan perlakuan tidak adil. Norma selalu mendapat perlakuan khusus dan Charlie selalu dihukum.

Di kelas untuk orang dewasa terbelakang, tempat Charlie belajar membaca dan menulis, Ia memiliki guru favorit, yaitu Nona Kinnian. Nona Kinnian pun yang menyarankan agar Charlie sebagai orang terpilih untuk mengikuti eksperimen yang sedang dikerjakan oleh Profesor Nemur dan dokter Strauss, melihat dari ketekunan dan semangat Charlie untuk belajar. Eksperimen ini adalah teknik pembedahan otak untuk meningkatkan kecerdasan. Sehingga manusia yang terlahir dengan kecerdasan dibawah rata-rata dapat diubah menjadi manusia yang jenius.

Eksperimen ini telah sukses di uji cobakan kepada seekor tikus yang bernama Algernon dan mengalami peningkatan kecerdasan yang amat signifikan. Sebelum dilakukan operasi, Charlie harus mengikuti serangkaian tes. Salah satunya adalah berkompetisi dengan Algernon dalam tes melewati labirin. Selain itu, ia juga diwajibkan untuk menulis laporan perkembangan setiap harinya.
Setelah dilakukan operasi kehidupan Charlie Gordon pun berubah. Charlie seperti spons raksasa yang menyerap berbagai ilmu pengetahuan. Buku-buku di perpustakaan Universitas Beekman sudah menjadi temannya sehari-hari. Namun perkembangan kecerdasan ternyata tidak berbanding lurus dengan perkembangan emosi. Dalam diri Charlie masih tersimpan emosi anak kecil seperti sebelum ia dioperasi. 
Charlie perlahan berubah menjadi sosok yang emosional. Charlie mulai menolak mengikuti serangkaian tes yang memang harus dilaluinya untuk melihat perkembangan penelitian. Ia pun mulai berani membantah Prof Nemur dan dr Strauss. Bahkan Ia melarikan diri dan membuat kekacauan dengan melepaskan Algernon saat pameran dan presentasi penelitian karena merasa dirinya hanyalah “bahan percobaan” dan sebelumnya tidak dianggap manusia.

Banyak yang tidak menyukai kepribadian Charlie yang baru baik dari rekan-rekan di toko kue donner maupun di lab tempat melakukan riset. Tidak hanya itu, Charlie jenius selalu merasa bahwa ada sosok Charlie dungu yang sedang bersembunyi dan mengawasi gerak geriknya. Charlie jenius dan Charlie dungu bertukar peran pada saat Charlie jenius kehilangan kesadaran baik karena mabuk maupun tertidur.

Ternyata kejadian itu tidak hanya dialami oleh Charlie, Algernon pun mengalami perubahan perilaku yang nyaris serupa. Algernon tidak mau mengikuti tes labirin, mogok makan, mulai membentur-benturkan badannya ke kandang, bahkan mulai menyerang pasangannya dan manusia. Hal itu terus terjadi pada Algernon, hingga akhirnya dia mati.

Seperti kurva yang mencapai klimaks lalu menurun, apakah Charlie akan mengalami kemunduran kecerdasan secara drastis kemudian dan juga akhirnya mati? Atau kah ia mampu mempertahankan kejeniusannya?

Novel dengan judul asli yaitu Flowers of Algernon mengalami perubahan judul di Indonesia menjadi Charlie Si Jenius Dungu. Novel ini dikemas dalam bentuk laporan kemajuan yang ditulis oleh Charlie Gordon sendiri, sehingga kita dapat melihat kemajuan kecerdasan yang dia alami. Dari penggunaan kata yang terbalik balik sampai yang penggunaan diksi yang ilmiah dan jarang digunakan dalam keseharian. Kesan saya terhadap novel ini adalah, Pertama ini merupakan contoh novel fiksi sarat ilmu pengetahuan, teori psikologi khususnya. Menawarkan hipotesis dan diakhiri kesimpulan yang meyakinkan dengan didukung oleh teori-teori yang relevan dengan eksperimen tersebut.

Kedua, alur pada awal cerita bergerak cepat dan namun saat memasuki tengah cerita nampak agak lambat dan kembali menarik menjelang akhir. Ketiga, ada kalimat yang saya agak setuju dari novel ini, kalimat yang diucapkan suster yang merawat Charlie saat baru saja menjalankan operasi. Kalimatnya adalah, “mungkin mereka tidak punya hak membuat orang pandai karena karena jika Tuhan ingin menjadikan seseorang pandai. Dia dapat membuat nya terlahir pandai”.  Karena menurut saya setiap manusia memang memiliki keistimewaan, bila memang memiliki kekurangan dalam hal kecerdasan itu bukan berarti jadi manusia tidak berguna, tapi bisa dialihkan dengan kemampuan lain di luar akademis yang tentu saja peranan keluarga dan masyarakat pun memegang peranan penting untuk mengarahkan dan mengawasi
Terima kasih sudah membaca ulasan saya J



Diulas oleh Dwi Isti Anggraini

1 komentar:

  1. Hallo semuanya ,Kami menawarkan berbagai pilihan permainan online game dan Live game yaitu : Baccarat, BlackJack, Roulette, Sic Bo, Slot game , Taruhan Bola, Tembak ikan dan masih banyak lagi !!!!

    Eiittt Nikmati bonus deposit pertama sebesar 25 %
    Nb : Syarat dan ketentan berlaku

    Ayo langsung kunjungi website kami di :
    sukahoki88.com
    ==============

    BalasHapus

Follow me

Jangan hanya angan di angan saja