Sabtu, 12 Oktober 2013

Melihat Lebih Dekat Anak Krakatau

01.00
Waktu menunjukan pukul 16.00 WIB dan kerjaan masih belum selesai, mengingat hari Jum'at aku mulai bergegas menyelesaikan pekerjaan karena jalanan pasti macet. Pukul 17.00 lebih selesai sudah pekerjaan langsung mulai berberes, tas khusus sudah siap dibawa dan mulailah perjalan dimulai. Dengan memakai baju kantor yang masih rapi berangkatlah aku dari kantor di kawasan Dharmawangsa Jakarta Selatan menuju Semanggi kemudian ganti bus ke Merak. Sesampai di halte Busway Semanggi menunggu busway yang ke arah Slipi dari pukul 18.00 sampai 20.00 masih berdiri di halte karena saat itu macetnya luar biasa dan antriannya mengular. Dan akhirnya memutuskan keluar halte untuk mencari taxi, itu pun juga rebutan dengan penumpang lain. Setelah dapat taksi langsung menuju Slipi tempat bus tujuan merak lewat, yang bikin malunya argo taxi menunjukan tarif 20.400 kemudian aku bayar dengan uang 50.000, karena drivernya gak ada kembalianny nyarilah ke tasku ada uang 20.000 dan 1 keping uang logam 500an aku kasihlah " ini pak 20.500" kata aku ke driver, malah ngomel-ngomel dia "bang, kalo ngasih tuh seribuan! buat apa gopek di kasih?" kata driver. Tadi di bayar pakai 50.000an gak ada kembali terus di kasih uang pas malah ngomel-ngomel langsung aku tinggal aja.
Setelah itu langsung nyari bus ke merak, lihat yang AC pada penuh dan akhirnya sedapatnya aja naik bus non AC Bhin*k* jurusan Cirebon-Merak. Saat kondektur minta ongkos aku kasih 20.000 karena non AC, eh malah masih kurang lagi katanya tarif 35.000 ke merak, padahal yang AC aja cuma 25.000 kenapa lebih mahal? begitu pula dengan penumpang lainnya juga komplain masalah tarif.
Setelah 3 jam perjalanan sampailah di pelabuhan Merak langsung menuju tempat makan karena perut sudah lapar sambil menunggu rombongan berkumpul. Jam 00.00 baru naik kapal menuju Bakahueni dengan waktu tempuh 3 jam lagi. Karena mata sudah gak kuat melek lagi karena seharian kerjaan penuh langsunglah tidur di buritan kapal dengan beralaskan selembar koran dan beratap langit yang penuh bintang-bintang.
Sesampai di Bakahueni ganti dengan angkot lokal menuju pelabuhan cianti dengan jarak tempuh 2 jam, karena masih gelap mau menikmati pemandangan lintas Sumatera gak bisa ya melanjutkan tidur, kebayang kan rasanya tidur di angkot kaya apa, hahahaha. Sampai di pelabuhan Cianti langsung prepare berjelajah tanpa mandi dan tidak lupa sarapan dulu. Dari pelabuhan Cianti menuju ke Pulau Sebesi untuk bermalam disana membutuhkan waktu 3 jam lagi lewat jalur laut.


[ Pelabuhan Cianti ]


Sebelum ke Pulau Sebesi mampir dulu untuk explore di Pulau Sebuku Kecil dan Sebuku Besar, disitu memang gak bisa buat snorkling tapi pemandangannya luar biasa.
Setelah puas explore pulau langsung melanjutkan untuk mencari spot buat snorkling, tempat demi tempat di cari namun Dewi Fortuna mungkin juga lagi ngetrip di tempat lain akhirnya memutuskan untuk langsung ke Pulau Sebesi untuk menaruh tas dan sekaligus makan siang. 

[ Pulau Sebuku ]


Kenyang makan siang lanjut mencari spot snorkling yang ada di sekitar sebesi, lagi-lagi belum beruntung karena cuaca lagi gak bersahabat. Kemudian perahu mulai mengarah ke Pulau Umang, dan lama kemudian jangkar di turunkan. Mau langsung lompat tapi ragu-ragu karena kapal goyangnya lumayan, aku pelan-pelan turun melewati tangga dan saat snorkling berpegangan dengan tali kapal, takut ombaknya belum tengan. Beberapa menit kemudian air mulai tenang dan mulai berani ke tengah-tengah, maklum belum bisa renang tapi sok berani nyebur asalkan pakai pelampung, hahaha.

[ Pulau Umang ]


[ Relaxasi di Pulau Umang ]


Hari mulai gelap waktunya berburu Sunset ala Pulau Umang, namun matahari masih malu untuk menunjukan aksinya dengan kata lain belum beruntung.
Untuk menginapnya kita nimbrung di rumah warga di Pulau Sebesi, jangan berharap mencari penginapan yang mempunyai fasilitas lebih karena listrik hanya aktif mulai pukul 18.00 sampai dengan 00.00 walaupun ada penginapan khusus dengan genset jumlahnya terbatas. 

[ Gapura Pulau Sebesi ]


[ Dermaga Pulau Sebesi ]


Sebenarnya Sebesi kaya dengan sumber alamnya, dari hasil aku berceloteh dengan salah satu masyarakat lokal katanya banyak hasil bumi disani seperti mangga, kelapa dan coklat dan lain-lain. Disini ditanamin apa saja bisa tumbuh subur. Pikiranku apabila masyarakat bisa mengolah pasti nilai jualnya akan tinggi dan bisa membuat maju daerah Sebesi.
Malam mulai larut dan aku pamit untuk istirahat dengan fasilitas seadanya, untung aja aku bukan anak mall yang sering ngeluh kalo kepanasan *ups. Pukul 4.00 pagi langsung jalan mengarungi Samudera Hindia menuju Anak Krakatau. Dari dermaga ombak belum terasa, tapi setelah beberapa menit kemudian baru terasa banget seperti naik kora-kora. Gak lama kemudian pada muntah-muntah, jendela perahu kanan kiri pada penuh buat "hok". Aku langsung pindah keatas dak atas perahu sambil pakai pelampung biar gak ikut muntah. Karena cuaca lagi mendung dan sedikit gerimis yang membuat gelombang tinggi sehingga membuat kapal kepontang-panting dan aku diatas dak kapal cuma berpegangan tiang buat lampu layaknya seperti film-film luar negeri. 
Tiga jam berlalu sampailah di Anak Krakatau, pasir-pasir pantainya yang hitam pekat yang membuat pemandangan yang berbeda, kata orang lebih sexy. 

 [ Anak Krakatau masih aktif ]


 [ Pantai Anak Krakatau ]


[ Eksis dulu cuy ]


 [ Backgroundnya Gunung Krakatau besar ]



[ Membelakangi Anak krakatau ] 


Karena Gunung Anak Krakatau masih tergolong aktif jadi harus berhati-hati di sekitar gunung. Beberapa menit explore Anak Krakatau sampai naik ke atas dan tiba-tiba turun hujan, karena barang-barang berharga gak tahan air tanpa pikir panjang langsung lari dari atas menuju pos di bawah dekat perahu bersandar.
Hujan reda di lanjutkan perjalanan ke Lagoon Cabe tempat biota laut tumbuh berkembang, terumbu karang yang beraneka ragam, ikan-ikan yang asyik untuk di ajak bermain. 




Kali ini Dewi Fortuna ikut explore ke Lagoon Cabe jadi keberuntungan ikut kita. Setelah puas snorkling kemudian kembali ke Pulau Sebesi buat bersih-bersih dan kembali ke Jakarta.

Selasa, 13 Agustus 2013

Pesona Senja Pok Tunggal

10.30
Ada yang pernah dengar istilah Pok Tunggal? kalo menurutku Pok = Pohon dan Tunggal = Satu, nah mungkin pantai ini karena ada satu pohon yang menyendiri maka dinamakan Pantai Pok Tunggal.


[ google ]

Aksesnya tergolong mudah, dari candi prambanan ikutin aja penunjuk arah ke Wonosari kemudian arah pantai Baron, Krakal, Kukup. Retribusinya tergolong murah, bayar satu dapat lima pantai sekaligus.
Bagi yang belum pernah kesini di anjurkan untuk bahan bakar full dari prambanan atau wonosari, karena setelah kota sudah tidak ada SPBU lagi.
Dalam perjalanan sudah gak heran lagi dengan tanah gersang dan pegunungan yang berbatu, makanya selalu sedia air mineral biar kerongkongan selalu basah. 



[ google ]
Setelah sampai di penunjuk arah Pok Tunggal jangan kaget dengan aksesnya yang masih batu kuning tapi sebagian sudah ada yang di cor. Itung-itung refleksi badan dulu sebelum nyebur di pantai. hehehehe.


[ spot parkir pok tunggal ]



Setelah sampai lokasi kita langsung di sapa oleh deburan ombak dan pantai yang masih bersih. Bagi yang gak pengen basah-basahan atau hanya menikmati suasana pantai ala bule-bule bisa sewa payung yang sudah tersedia di pinggir pantai, dan jangan lupa bungkus makanan atau minuman yang sudah tidak terpakai jangan ditinggal begitu saja, kasihan pantainya.




Setelah bosan di pasir bisa ganti spot dengan naik keatas bukit dengan jalur seadanya, viewnya juga keren banget bisa memandang lepas pantai Pok Tunggal, lautan Samudera Hindia bahkan benua Australia (versi google map).
[ akses ke atas bukit ]












Tidak hanya keindahan pantainya saja, Pok Tunggal juga mempunyai pesonanya tersendiri di kala senja antara perpaduan sinar matahari yang merona serta awan yang membingkai.

[ Senja dari atas bukit ]


Pok Tunggal

[ by. AP ]







Jadi tidak ada ruginya seharian di Pok Tunggal dari menikmati siang yang membara dan senja yang merona.

Tonton juga video berikut ini, terlihat perbedaan antara tahun 2013 dengan 2017


Sabtu, 04 Mei 2013

Harapan Tak Terduga di Pulau Harapan

06.00
Kepulauan Seribu memeliki pulau sebanyak 342 buah dan terbagi menjadi 2 kecamatan dan masing - masing kecamatan terbagi menjadi 3 kelurahan. Salah satu pulau di kelurahan Pulau Harapan yang terletak pada kecamatan Pulau Seribu Selatan.
Untuk mencapai Pulau Seribu jalur umum penyeberangan lewat pelabuhan Muara Angke, disitu banyak kapal Fery (sebutan kapal penyeberangan) yang khusus buat mengangkut orang saja ke Pulau Pari, Pulau Tidung, Pulau Pramuka dan Pulau Harapan. Perjalanan dari Muara Angke sampai ke Pulau Harapan kurang lebih 3 jam.


 [ Kapal Fery Muara Angke ]


[ SPBU di Tengah Laut ]


Bila dari Muara Angke kurang lebih 15 menit akan menemukan SPBU di tengah laut, tentunya kapal - kapal saja yang mengisi bahan bakar. Harga perliternya gak tau berapa, belum pernah beli sih, hahaha.
Setelah 3 jam berlalu memandang lautan lepas sampailah di Pulau Harapan, dengan perpaduan gradasi warna air laut yang menawan di sekitar dramaga.



[ Dramaga Pulau Harapan ]



[ Gapura Selamat Datang ]


[ Dramaga perahu lokal ]


Perahu lokal / nelayan berkapasitas maksimal 15 - 18 orang dengan menggunakan mesin diesel. Berjelalah pulau - pulau menggunakan perahu nelayan menikmati keindahan pulau tak berpenghuni dan snorkling mengamati biota - biota laut.


[ Pulau Gusung ]


[ Nelayan dengan perahu uniknya ]


[ Pengen jadi Superman ]



[ Beraneka ragam biota laut ]


[ Ikan - ikan lagi makan siang ]


[ Foto bersama mereka *ikan ]


[ Pulau Macan ]


Walaupun masih dalam kawasan DKI Jakarta yang terkesan panas dan polusi tinggi namun di Pulau Harapan sangat asri, sejauh memandang terlihat warna biru dan hijau yang membuat mata adem. Inilah harapan yang tak terduga di Pulau Harapan, melebihi harapan yang kita harapka.

[ Pulau Kayu Angin ]


[ Gaya bebas ]

Follow me

Jangan hanya angan di angan saja