Minggu, 27 Desember 2015

Trip Maraton Episode 2 : Explore Malang

21.52
Kemudian lanjut ke Stasiun Solo Balapan untuk melanjutkan perjalanan ke Malang dan kebetulan sudah booking tiket kereta sebulan sebelum keberangkatan.

Eiitss, yang belum nyimak dari episode 1 bisa di lihat dulu perjalanan saya  di Trip Maraton Episode 1 : Gunung Merbabu biar ceritanya nyambung, hehehe...

Sampai di stasiun jam 20.00 WIB dan kereta berangkat jam 21.52 WIB, saya menuju mesin cetak tiket mandiri untuk mencetak tiket. Setelah itu saya duduk lesehan di dekat papan penguman keberangkatan kereta biar bisa mantau status kereta. Berjalannya waktu 30 menit sebelum keberangkatan saya melihat update papan status kereta kok ada yang ane, kereta yang saya tumpangi masih banyak bangku yang kosong sedangkan sehari setelah saya booking itu udah full semua bangku, namun saya berfikir positif aja mungkin banyak penumpang yang cancel. 15 menit kemudian rasa penasaran muncul dan saya mengececk di situs KAI, disitu sesuai dengan papan status kereta yang ada di stasiun. Lalu saya cermati ulang tiket yang tadi habis di cetak, dari nama bener, kereta bener, stasiun bener, tanggal dan jam bener, eeh ehhh ehhh setelah liat kalender harinya beda dan bulannya beda, seharusnya 27 Des 15 dan yang tertera di tiket 27 Jan 16, beda sebulan sendiri, hahhaha...



Meunggu Kereta


Tiket Kereta yang Salah Booking


Buru-buru deh buat refund ke counter minta yang hari itu juga atau enggak kereta lainnya. Namun penuh semua untuk keberangkatan hari itu dan terpaksa minta refund uang saja.

Tanpa ambil pusing bergegas menuju Terminal Tirtonadi yang jarak dari stasiun tidak begitu jauh, menghabiskan waktu saja satu jam lebih di stasiun, hahaha...
Karena masih suasana long weekend dan pas hari Minggu juga penumpang jurusan Surabaya menumpuk, kebetulan bus Solo-Surabaya bisa langsung bayar di atas tanpa booking tiket dahulu. Bus dateng buru-buru rebutan naik dengan gendong tas cerriel pula, tapi ga dapet tempat duduk dan saya pun turun kembali sampai terulang dua bus. Bus ketiga masuk terminal buru-buru deh samperin sampai bus berhenti, dan alhamdulilah bisa dapet tempat duduk. Ga lucu kalau Solo-Surabaya berdiri dengan badan yang masih terasa capek habis turun dari Merbabu.



Menanti Bus ke Surabaya


Berangkat dari Solo sekitar jam 22.30 dengan tarif Rp. 46.000,- sampai Surabaya. Sepanjang jalanan pules tapi ada rasa was-was juga sama barang bawaan, situasi dalam bus penuh dan rawan kriminal juga kalau malam-malam lintas propinsi, teringat dulu bapak pernah naik bus ini juga kantong celananya di silet copet. Keesokan harinya jam 05.00 sampai di Terminal Purabaya atau yang sering disebut Terminal Bungurasih Surabaya. Karena saya janjian sama temen di daerah Malang kemudian saya melanjutkan perjalan ke Malang menggunakan bus juga dengan tarif Rp. 25.000,- (Patas AC) hanya 30 menit perjalan, mungkin masih pagi jadi waktu tempuh jadi cepet. Tiba di Terminal Malang juga masih sepi, mau naik angkot takut nyasar dan akhirnya naik Opang aja a.k.a ojek pangkalan.

Setelah ketemu temen (Nofi) hari pertama rencananya mau city tour saja, oh iya Nofi ini sebelumnya saya belum pernah ketemu dan belum kenal, kita sebulan sebelumnya hanya bersapa aja di salah satu forum pejalan yang sama-sama mencari temen buat explore Malang.

Kita tidak ada yang tau arah dari lokasi mau jalan lewat mana, maklum sama-sama pendatang dari luar kota, hehehe. Hanya menggunakan Google Maps dan papan petunjuk arah saja untuk mencari daerah yang dituju, dan tujuan pertama kita adalah Museum Angkut Malang yang beralamat di Kota Wisata, Jalan Terusan Sultan Agung No. 2, Ngaglik, Kota Batu. Antriannya bener-bener luar biasa panjangnya dan ramai di kunjungi rombongan keluarga. Di Museum Angkut ini di bagi beberapa zona berdasarkan benua dan di bentuk sedemikian rupa dengan keadaan negara aslinya, dari mobil clasic sampai mobil masa kini. Selain itu terdapat juga koleksi-koleksi topeng di area Museum D Topeng yang menyimpan ratusan topeng. Bagi yang ingin merasakan jadi pilot sungguhan bisa mengunjungi area Runway 27 disana kalian bisa mengabadikan gambar dengan seragam pilot tentunya. Puas keliling museum bila ingin mencari oleh-oleh bisa mampir di area Pasar Apung yang menjual cindera mata dari berbagai daerah Indonesia.


Antrian Loket Museum Angkut




















Menjelang sore mampir di alun-alun Malang mengisi perut dan hunting tiket buat pulang ke Jakarta, namun kereta udah penuh, bus juga susah cari agen di wilayah Batu. Udah pasrah aja yang penting malem ini bisa dapet tempat istirahat dulu, saya pun janjian dengan teman yang satu grup komunitas tapi belum pernah ketemu juga sama sekali, hehhe. Saya di ijinkan menginap di rumahnya yang lokasinya di tidak jauh dari stasiun Malang Lama.



Alun-alun Kota Batu



Hari kedua di Malang kami bertiga rencana explore pantai, perkiraan sekitar 2-3 jam perjalan dari kota menggunakan motor. Jalanannya pun kecil dan arah kepantai lagi diperbaiki, tanah berbatuan lepas. Yang pertama mengungungi Pantai Goa China, yang terletak di Tumpak Awu, Sumbermanjing Wetan, Kab. Malang. Pantainya bersih dan tidak terlalu ramai pengunjung, tetapi ombaknya lumayan besar mungkin karena laut lepas dari Samudera Hindia. Sebenarnya nama pantai ini adalah Pantai Rowo Indah, karena ada kejadian meninggalnya seorang China yang sedang bertapa di Goa di kawasan ini. Sehingga nama Rowo Indah tergantikan nama menjadi Goa China. Di dekat pantai ini terdapat juga jembatan Bajulmati yang bentuknya unik serta jembatan ini berada di atas muara laut.



Pantai Goa China














Jembatan Bajulmati


Nofi, April, Jazztin


Lanjut ke pantai Jelangkung yang masih sejalan dengan pantai Goa China, agak horor sih namanya, letaknya di Desa Gajahrejo, Gedangan, Kabupaten Malang. Pada awalnya nama pantai ini adalah Jolangkung, dalam bahasa jawa artinya "ojo liwat" (jangan lewat). Dulunya Pantai Jolangkung/ Jelangkung ini ombaknya terkenal besar, sampai meluber kejalanan sehingga membuat pengendara/ orang lewat bisa terseret ombak, maka dinamakan Jolangkung.

Pantai Jelangkung














Puas di Pantai Jelangkung lanjut lagi menyisir jalan pesisir pantai selatan, disini jalannya luas dan sangat mulus, beda sama yang sebelum Pantai Goa China. Dan kita akhirnya sampai di Pantai Batu Bengkung, cukup ramai pengunjung disini mungkin karena aksesnya bagus dan memang begitu indahnya pemandangan pantai itu sendiri. Pantai Batu Bengkung terletak di Gajahrejo, Gedangan, Malang, Jawa Timur. Di pantai ini bila sedang surut kalian bisa main air di celah-celah bebatuan yang membentuk seperti bulan sabit besar.



Pantai Batu Bengkung








Tidak jauh dari Pantai Batu Bengkung kita melipir ke sebuah jalan setapak kurang lebih 5 menit menuju pantai sebelahnya, yaitu Pantai Watu Lepek. Medannya memang agak sulit, karena bebatuan bolong-bolong dan banyak pepohonan yang membuat eksta hati-hati. Di Watu Lepek semburan ombak yang menghantam tebing karang bisa menjulang tingi, dan disini menurut saya spot terbaik menanti Sunset. Oh ya di area ini ada Goa Angin juga, yaitu sebuah goa yang menyemburkan angin yang lumayan kenceng juga dari hembusan atau suaranya yang sebabkan hempasan ombak dari laut masuk celah-celah bebatuan yang menghubungkan goa tersebut, jadi di goa ini bisa mengeluarkan bunyi seperti peluit di karenakan hempasan ombak.




































Hari ketiga rencananya mau ke Gunung Kelud, namun udah kesiangan dan tiket ke Jakarta belum dapet akhirnya ke deket-deket aja. Kemarin malem saya menghubingi & mendatangi pool bus AKAP buat keberangkatan besok, dan jawabannya full semua. Kemudian sama petuganya di suruh datang besok pagi kemungkinan ada tambahan 1 lagi bila banyak penumpang. Paginya saya menghubungi poolnya akhirnya ada penambahan armada lagi, alhamdulillah bisa pulang karena besok harus sudah jalan lagi, sayang tiket PP kalo hangus. Dengan bantuan April minta tolong untuk datang ke pool buat booking sudah membuat hati tenang, hehehe...







Rute explore kali ini adalah ke Ledok Ombo, yaitu tempat Campground yang sangat luas dan banyak fasilitas disana seperti persediaan air bersih, toilet, mushola, dan ada juga sarana outbond untuk keluarga. Ledok Ombo sendiri terletak di Desa Poncokusumo, Malang, Jawa Timur. Saya, April dan di temani beberapa temannya menuju Ledok Ombo lewat sisi Gunung Bromo, yang waktu itu masih berstatus siaga.



Ledok Ombo














Dan sampai disini perjalan saya di Malang dengan temen-temen yang baru kenal, tidak ada salahnya untuk explore sekitar dengan orang-orang baru, karena disitu selain kita bisa menambah teman kita juga menambah wawasan saling bertukar pengalan tentang perjalan masing-masing.
Saya di antar oleh April dan temen-temennya sampai di pool bus untuk melanjutkan perjalanan. Kebanyakan orang katanya lebih nyaman naik kereta bila melakukan perjalanan jauh, tapi saya sendiri lebih asyik naik bus, sensasinya tersendiri, hahhaha..



Waktu masih baru-barunya ini armada

Terima kasih buat Nofi yang hari pertama & kedua explore bareng city tour dan pantai, April yang sudah memberi tumpangan menginap dua malam serta memberi arah untuk ke berbagai tujuan, dan juga temen-temennya April.

Berangkat dari pool Gunung Harta Malang jam 13.00 kemudian mengambil penumpang-penumpang di agen, start full jam 16.00 WIB via Pantura, sangat nyaman dengan armada baru ini menurut saya. Sesampai Jakarta (Pasar Rebo) keesokan harinya jam 04.00 WIB, mampir rumah sebentar buat istirahat dan nuker alat perang.
Badan udah enakan dan malamnya sebelum bus Damri terakhir saya lanjut perjalanan lagi, karena malam tahun baru takut macet di jalan saya memutuskan berangkat lebih awal menuju . . . . . .

To be continued . . .

Kemanakah saya tuju? 
Ada cerita apakah disana?
Nantikan artikel saya di Trip Maraton Episode 3 : . . . . .


Sabtu, 26 Desember 2015

Trip Maraton Episode 1 : Gunung Merbabu

08.00
     Liburan akhir tahun memang ditunggu-tunggu oleh karyawan yang susah mendapat libur ketika di kantor, seperti saya yang hanya libur di tanggal merah aja. Ingin ambil cuti harus dihitung-hitung dulu apakah bisa diajukan tidak.

     Akhir tahun 2015 hanya ambil cuti 4 hari namun bisa dapat libur 2 minggu, enak bukan? mau kemana-mana ga usah mikirin waktu. Namun konsekuensinya tempat-tempat wisata jadi ramai, susah dapat transport yang harus pakai tiket dan tentunya penginapan. 1-2 bulan sebelum hari H bebeapa tiket sudah di tangan untuk pulang pergi di beberapa daerah dan yang belum pegang adalah tiket berangkat hari pertamanya, rencana mau nyari tiket bus pas H-1 keberangkatan.

     Sebelum besok berangkat saya menghubungi beberapa agen bus untuk keberangkatan besok 24 Desember 2015 dengan tujuan Solo, satu persatu menghubungi agen Tangerang, Kalideres, dan beberapa tempat hasil pencarian dari www.google.com tidak ada yang tersedia, semua full. Sampai gak percaya kalau full saya putuskan mendatangi beberapa agen tersebut dan hasilnya ternyata sama. gak ada harapan lagi. Menunggu keesokan harinya semoga ada keajaiban datang mending buat packing dan istirahat karena waktu sudah mulai malam juga. Mulai memilah-milah alat perang (camp gear, snorkel gear, city tour), pakaian ganti serta beberapa bawaan lainya cukup lah masuk di tiga tas tersusun dengan rapi *(menurut saya pribadi) hahaa. Setelah semua selesai lanjut istirahat.

     Pagi pun datang dan bergegas aja gambling menuju terminal-terminal di wilayah Jakarta Timur. Sebelumnya nitipin barang bawaan kerumah saudara di dekat TMII. Pertama mendatangi Terminal Pinang Ranti yang biasanya paling banyak jurusan ke Jawa, sesampai di Pinang Ranti tidak ada sama sekali yang tersedia tiket buat keberangkatan sekarang (24 Desember 2015) dan yang tersedia rata-rata buat tanggal 28-29 Desember. Kemudian pindah ke Pasar Rebo yang ada beberapa agen tiket bus AKAP juga, sampai ditanyain ke pool pemberangkatan P.O tetep ga ada yang tersedia juga. Dan pilihan terakhir mencari ke Terminal Kp. Rambutan, kalaupun gak dapet dipikir nanti lah yang penting cari dulu. Sesampai di dalam terminal suasananya benar-benar seperti lebaran-lebaran tumpek blek (bahasanya saking penuh banget orang disekitar). 




Terminal Kp. Rambutan Saat Liburan Natal & Tahun baru


Mulai dari loket paling ujung tanya untuk pemberangkatan hari ini tujuan Solo dan lagi-lagi tidak melayani penjualan untuk keberangkatan hari ini dikarenakan sudah full. Pasrah lah sudah untuk berangkat liburan dan gak tau nasib tiket-tiket selanjutnya nanti mau diapakan...
Saat berjalan dengan penuh kepasrahan baru menanyakan ke setengah loket yang ada tiba-tiba ada yang teriak "Solo-Solo-Solo", dari rasa pasrah langsung berubah jadi sumringah dan mulai lah nego-nego..

Dia   : Safari mas Solo?
Saya : Iya, masih ada?
Dia   : Buat kapan? berapa orang?
Saya : Hari ini, satu orang
Dia   : Dua ratus sembilan puluh lima
Saya : Berangkat jam berapa? (sambil kasih uang 300rb)
Dia   : Ini kembaliannya Lima ribu, nanti jam 14.00 berangkat



Tiket Bus Safari Jakarta - Solo


     Plong rasanya dapat tiket bisa liburan panjang di sana-sana. Sesampai di rumah liat lagi tiket bus baru sadar, "loh kok harganya mahal banget ya? harga segini udah dapet kereta eksekutif dan kalaupun bus dapet yang super". Nyesel pun ada namun apa boleh buat ga ada pilihan lain dan entah pas waktu di terminal udah ga bisa mikir lagi.
Jam menunjukan pukul 13.00 dan langsung menuju terminal Kp. Rambutan yang waktu tempuh sekitar 15 menit dari rumah (kalau tidak macet). Sesampai terminal menunggu sampai jam 14.00 namun bus belum terlihat juga, kata petugasnya lagi dalam perjalanan. Setelah beberapa menit petugasnya memberikan informasi bus sudah ada dan parkir di belakang. Dan agak kaget juga setelah melihat busnya ternyata tidak seperti di tiket tapi memakai bus lain yang berjubah agak extreme dengan julukan anaconda (maaf ga bisa sebut merk karena serem). Tak apalah yang penting nyaman di jalan dan sampai dengan selamat karena ini bus sudah driverny yang punya jalan *ehh. Jam demi jam di nikmatin aja karena kondisinya lumayan macet dan perjalanan panjang.
Sampai di Solo menunjukan pukul 07.00 dan lanjut dengan bus lokal menuju rumah dulu, harus dong pulang ke rumah ga pas lebaran aja. Seharian penuh berkumpul dengan keluarga, bercerita dan kebanyakan sih buat tidur karena capek, hehehe..

    Sebelumnya sudah janjian dengan beberapa teman yang tergabung dalam komunitas Backpacker Indonesia Grup - 5 untuk nanjak di Gunung Merbabu sekalian mengikuti event 1001 Pendaki Tanam Pohon disana juga tanggal 26 Desember 2015. Rute yang kami lalui adalah via Wekas yang tergolong medium tracknya dengan sumber air yang tersedia juga.



Team BIG - 5


     Kami start dari basecamp kurang lebih pukul 08.00 WIB bareng beberapa rombongan lainnya yang akan menanam bibit pohon di sekitar Pos I, melewati perkampungan dangan medan yang cukup menguras karena jalanan cor dan tingkat kemiringan bener-bener bikin ngap. setalah habis jalanan cor kemudian ketemu makam di dekat persimpangan jangan salah ambil jalan ya gaes, ambil arah kekanan sesuai petunjuk yang terpasang disana.



Rute via Wekas


     Nah jalan yang sebenarnya di mulai dan lagi beruntung dengan cuaca yang bersahabat tanpa mendung sama sekali. Berjalan menuju Pos I dengan menenteng bibit pohon untuk di tanam sesuai arahan panitia. Melihat tulisan Pos 1 di batang pohon yang melintang di atas jalan kami pun bingung mau di tanam dimana? karena daerah tersebut agak miring dengan rerumputan yang lebat, akhirnya kami putuskan untuk tanam di atasnya yang agak terbuka.



Penanaman Pohon



     Kemudian lanjut menuju Pos II yang katanya woww banget disana untuk mendirikan tenda yang luasnya mirip lapangan bola serta terdapat sumber air. Sejam dua jam di lewatin kok belum sampai-sampai ya? padahal ga ada pos bayangan atau harus lewatin sub-sub pos, maka istirahatlah kami sambil bercanda buat menghilangkan lelah.



Tracking Menuju Pos II



    Perlahan melangkahkan kaki dan tidak lupa buat istirahat (maklum saya masih pemula), tiap ketemu yang turun pasti mereka bilang "ayo dikit lagi sampai, sepuluh menit lagi sampai, bentar lagi sampai, itu satu tanjakan lagi" dan entah lah pehape semacem itu. Sesaat itu mencium harumnya tempe goreng dan langsung semangat buat jalan cepet, pasti itu sumbernya dari orang yang masak di sekitar tenda dan ga mungkin kan dari alam lain?. Akhirnya sampai juga di Pos II sekitar pukul 14.00 bisa tersenyum lebar. Setelah dapat lapak buat dirikan tenda lanjut berkenalan dengan sekitar ada apa aja yang bagus buat diabadikan dalam gambar sambil nunggu sunset.



Camp Ground Pos II


Sunset Pos II


    Petang mulai menjelang dan dingin pun juga ikut serta dalam suasana itu, kami memasak yang ada dan makan ramai-ramai. Berhubung kebanyakan pada bawa mie instant tapi saya tidak bisa makan mie, maka saya mencoba meminta nasi ke pendaki lain dengan mengajak Revan, orang yang mudah bergaul dengan orang baru. Kami mengunjungi pendaki asal Jakarta yang sebelumnya ketemu di jalan, untungnya mereka ada nasi lebih sehingga bisa minta sedikit dan tidak jauh dari tenda ada warung dadakan jual gorengan jadi bisa buat lauk tambahan. Makan bersama-sama sambil bercerita kisah di bawah bintang-bintang itu syahdu banget, berasa lagi di gunung *lho... haahhaha.
    Kenyang sudah saatnya istirahat lanjut summit pukul 2.00 pagi, semua masuk tenda sambil menunggu 2 orang teman yang nyusul ke Pos II. Sekitar pukul 1.00an terdengar suara aneh seperti tawa perempuan di balik pohon, kebetulan tenda kami di paling ujung dekat pohon-pohon dan semak-semak. Pikiran saya itu paling lagi ada orang mo pipis disitu, tapi kok agak lama dan berulang-ulang ya? sabodo teuing ah ga usah dipikirin yang penting gak ganggu dan bisa istirahat. Baru merem sebentar udah di bangunin sama 2 orang yang nyusul itu, aarghhh masih ngantuk nih tapi harus bangun juga biar ga kesiangan sampai puncaknya. Mulai persiapan buat summit dari isi tenaga, logistik dan peralatan lainnya yang harus di bawa. Tujuan utama mendaki bukan puncak, melainkan kembali dengan selamat, jadi ga usah di "oyo". Tracking pertama setelah Pos II adalah tanjakan tanah gembur (sesuai musimnya) kemudian lanjut batu-batuan besar, harus berhati-hati disini agar tidak terpeleset. Kemudian akan bertemu dengan percabangan antara ke puncak pemancar dan kenteng songo, penanda disini cukup jelas hanya melihat keatas saja, yang ada pemancarnya itu berarti puncak tower yang ada helipednya juga. Nah ini ambil kekanan dari atas ini bisa melihat Gunung Andong serta gunung sekitarnya serta akan mencium belerang dari kawah Merbabu. Lanjut melewati dataran yang kanan kirinya jurang seperti punggung naga, sehabis itu melewati jembatan setan.



Punggung Naga


Jembatan Setan



    Terlihatlah semburitan merah di langit pertanda matahati muncul dan tidak lama kemudian sampailah di Puncak Kenteng Songo yang bertandakan ada beberapa kenteng bersusun disitu, dahulunya jumlah kenteng tersebut ada sembilan maka di namakan Kenteng Songo, namun mungkin terkikis oleh alam hanya tinggal tersisa lima buah saja yang nampak jelas,



Background Bulan

Sinrise dari Puncak Kenteng Songo


View Merapi

Lautan Awan




     Mengingat waktu udah mulai siang kami pun turun kembali ke Pos II karena tenda serta barang bawaan berat lainnya ditinggal disana. Kembali di rute yang sama dengan ritme yang cepat sehingga sampai Pos II hanya sekitar 2 jam, sebelumnya naik memakan waktu 3 jam perjalanan. Ya pastinya beda lah antara naik dan turun pasti cepat turunnya. Sesampai di Pos II istirahat sejenak lanjut masak buat sarapan (yang jam 2.00 tadi jangan dianggep).






     Sarapan sudah, packing sudah dan saya ditemani lek Joem untuk turun duluan berdua karena harus melanjutkan perjalanan dan dia juga ada perlu di rumahnya. Pengen cepet-cepet jalan tapi capek, ya udah jalan pelan-pelan aja tapi pake istirahat, haha.. Sekitar 3-4 jam perjalanan sudah sampai basecamp lanjut menuju solo. Sebelum mendaki lewat suatu tempat saya melihat salah satu menu makanan yang unik, dan kini pulang mencoba menyarinya lagi untuk mencoba makanan itu.






     Namanya adalah kolak durian, berhubung saya doyan durian dan belum pernah melihat ada kolak durian di daerah lain ga ada salahnya mampir buat nyicip satu porsi. Rasanya memberikan nikmat tersendiri, enaknya durian di tambah hangatnya kuah kolaknya memberikan badan terisi tenaga lagi yang habis perjalan jauh. Ga lama-lama disana lanjut pulang kerumah karena masih 2 jam perjalanan lagi naik motor.

     Pukul 17.00 lewat sampai di rumah bersih-bersih serta persiapin bawaan buat trip selanjutnya, pegel-pegel sih masih tapi itu ga mempengaruhi buat liburan selanjutnya karena hidup buat liburan, bukan buat mencari masalah, hahaha.. Istirahat cukup lanjut siap-siap menuju stasiun buat perjalan selanjutnya. Pamit sama ke dua orang tua itu harus walaupun ga boleh sering klayapan *ehh, dan ke stasiun minta di antar adik. Sesampai di Stasiun Balapan pukul 20.30 dan kereta berangkat pukul 21.52 masih aman lah sambil edit-edit foto Merbabu. Menit-menit dilewatin sambil melihat jam di stasiun dan sambil melihat tiket pula dan kemudian....... to be continued.

Ada apakah dengan trip selanjutnya?

Akan kemana kah tujuan berikutnya?

Bagaimana cerita selanjutnya?

Jangat lewatkan cerita selanjutnya gaesss...



Artikel berikutnya bisa dilihat disini → Trip Maraton 2 : Explore Malang

Follow me

Jangan hanya angan di angan saja