Senin, 26 Mei 2014

Pantai Ngobaran Penuh Cerita

10.30



Pantai Ngobaran, sebuah pantai yang terletak di paling ujung antara deretan - deretan pantai Gunung Kidul Wonosari. Kata orang - orang pantai di Gunung Kidul banyak kemiripan dengan pantai di Pulau Dewata, istilahnya "ini Balinya Gunung Kidul", menurut saya sendiri walaupun ada kemiripan tapi tetap berbeda, setiap tempat mempunyai karakteristik masing - masing.

Berdasarkan cerita rakyat asal mula nama Ngobaran, dahulu Prabu Brawijaya V (Raja terakhir  di Kerajaan majapahit) melarikan diri dari Majapahit karena ekspansi dari Demak. Pada saat itu kejayaan kerajaan Demak yang dipimpin oleh Raden Patah, putra Prabu Brawijaya.

Pelarian Prabu Brawijaya V menemui jalan buntu yang tepatnya pantai selatan, kemudian sang Prabu membakar dirinya bersama permaisurinya daripada melawan putranya sendiri yang ia sangat sayangi. Menurut legenda setempat, Prabu Brawijaya tidaklah mati, melainkan 'muksa'. Prabu Brawijaya di percaya melakukan upacara 'muksa' dengan membakar diri. Dan dinamailah pantai Ngobaran karena kobaran api dari upacara 'muksa' tersebut.






Menurut warga sekitar terdapat berbagai tempat peribadatan dari kepercayaan yang berbeda yaitu Hindu, Kejawan, Kejawen dan Islam. Bangunan Pura lebih dominan dengan patung - patung dan gapuranya. Kejawan sendiri sangat dekat tautannya dengan aliran Kejawen yang ada. 




Lokasi peribadatan dari kepercayaan Kejawan berada di sebuah joglo dekat masjid, sedangkan pengikut Kejawen mendirikan sebuah bangunan di atas bukit karang. Sebuah Masjid yang tempat imammnya menghadap ke laut lepas (selatan) berbeda pada bangunan masjid di Indonesia yang menghadap ke timur, namun meraka tetap Shalat menghadap ke tanah suci. 



[ Gapura Ngobaran ]



[ source : google ]




[ Berdiri di atas tebing ]





[ Teropsesi Spiderman ]




Tidak dianjurkan untuk mandi dilaut, karena ombak laut lepas yang begitu besarnya dan banyak bebatuan yang sangat berbahaya. Jika mau bermain pasir hanya ada sedikit yang tersedia.




[ Pasir putih ngobaran ]



Untuk mencapai lokasi bila dari Wonosari. Ikuti petunjuk ke arah pantai Baron, kemudian ambil kanan bila sampai di petunjuk arah lurus ke Baron, kanan ke Ngobaran, Ngrenehan, Goa Maria. Setelah sampai di pertigaan pertama lewat kanan atau kiri OK, kalau kekiri lebih dekat tapi lewat perkampungan yang jalannya masih berbatuan, dan kalau kekanan jalanan mulus tapi lumayan jauh hampir 2x lipatnya. Kemarin saya berangkat mencoba lewat yang jalan mulus, sampai di pasar ambil belokan kekiri (agak putar arah) dari situ sekitar 11 KM lagi. 


[ Pertigaan arah Ngobaran & Ngrenehan ]

Setelah melewati pos retribusi akan menemukan pertigaan tinggal ambil kanan sekitar 1 KM dari situ sudah sampai tujuan.



                                                                                                                                                                   


















































































Minggu, 18 Mei 2014

Kuliner Bandung

05.00
Halo halo Bandung ibu kota Priangan . . . . . .
Nah kali ini mencoba jajanan yang ada di kota Bandung yang katanya mempuyai kenikmatan tersendiri. Berawal dari Stasiun Gambir menggunakan KA Argo Parahyangan alias "Gopar" tujuan akhir Bandung dengan waktu tempuh sekitar 3 jam perjalanan. Bila dibandingkan memakai mobil travel atau bus hanya memakan waktu 2 jam *dengan catatan di tol gak macet.


[ Stasiun Bandung ]

Setibanya di Stasiun Bandung rencana akan ke Jl. Bragra dan sekitarnya, namun kita bertiga bingung mo kearah mana untuk mencapai lokasi. Memang benar pepatah bilang "malu bertanya sesat di jalan", nah dari kata-kata itu kita bertanya-tanya setiap kesasar dan akhirnya setelah berjalan sekitar 3 KM (nyari angkot susah) sampailah di Jl. Braga, menikmati suasana malam yang penuh dengan aktivitas sekitar. Setelah itu lanjut ke Tugu 0 KM Bandung, anehnya orang-orang sekitar belum banyak yang tau tugu itu ada dimana. Berputar-putar menyusuri jalanan dari Braga sampai Masjid Agung gak ketemu juga, dengan tampang pasrah dan waktu juga sudah larut niatnya mau bermalam di Masjid Agung, tapi kata temen gak boleh tidur disitu.

[ Museum Konperensi Asia Afrika ]


[ Jl. Braga ]

Tidak lama kemudian ada dua temen lagi menyusul kita yang sudah pasrah dan memberikan ide untuk menginap di dekat kostnya, perjalanan panjang di mulai lagi sekitar 3 KM sampai di sebuah taman apa itu aku lupa ada angkot lewat di stop oleh salah satu dari kita, negosiasi panjang dilakukan dan akhirnya sukses yang bukan semestinya trayek untuk tempat dituju tapi bisa dituju berkat orang dalam, hahaha.
Sesampai di Dago Atas mampir dulu di tempat makan yang letaknya didepan gang lanjut berjalan di gang kecil jaraknya lumayan bikin lapar lagi. Sebernarnya yang dituju bukan penginapan melainkan kost, 1 kamar ukurannya cukup luas dengan 2 bed dan kamar mandi dalam tanpa AC dan TV, ya gak perlu juga itu karena cuma buat tidur dan suhu di Dago Atas sudah dingin. Awalnya mau menginap disitu gak bisa tapi dengan jurus jitunya orang dalam berhasil lagi untuk sewa 1 kamar cuma Rp. 75,000,- untuk bertiga.


[ Kost Dago Atas ]

Menginjak hari kedua di Bandung mulai menyiapkan perut untuk menampung makanan selama seharian. Sebelum berkelana ada Lima temen lagi yang mau gabung dan meeting point di depan Gedung Sate Bandung.

[ Gedung Sate ]


Setelah semua lengkap destinasi pertama ke Nasi Bancakan yang terletak di Jl. Trunojoyo No. 62 Bandung, dari Gedung Sate cukup jalan kaki gak terlalu jauh lokasinya, itung-itung olah raga pagi sama ngosongin perut.

[ Nasi Bancakan ]


Suasana di dalamnya serasa kembali ke jaman dulu, interior dibuat seperti rumah-rumah Sunda, pramusajinya memakai pakaian Sunda, begitu pula untuk menyajikannya seperti "piring seng" dan "cangkir seng" *kata orang jawa. Menu yang di hidangkan bermacam-macam dari sayur sampai dengan lauk pauknya mau seberapa terserah karena ambil sendiri kecuali nasinya.

Destinasi kedua langsung ke Lembang karena kalau kesiangan takut macet seperti halnya di Puncak Bogor. Perjalanan dari Jl. Trunojoyo menggunakan angkot kearah Ledeng kemudian ganti L300 arah Lembang.
Tujuannya adalah Floating Market Lembang, dengan tiket masuk Rp. 10,000,- itupun tiketnya bisa ditukarkan dengan softdrink.
Di dalam Floating Market terdapat berbagai jajanan dan wahana bermain seperti perahu, flying fox, permainan desa, rumah kelinci. Untuk bertransaksi harus menggunakan koin yang yang disediakan di counter counter penukaran koin.

[ Floating Market lembang ]














Puas di Floating Market Lembang kembali turun menuju Suropati. Sebelum sampai Dago Kami mampir sejenak di Taman Ice Cream, lokasinya dipinggir jalan raya persis namun tidak terlihat seperti tempat makan kalau dilihat dari jalan. Hanya berbentuk rumah tradisional dengan taman yang luas.


[ Taman Ice Cream ]

Untuk Ice Creamnya banyak varian rasa seperti Strawberry, Almond, Durian, Coklat dan lain-lain. Dalam satu cup bisa dinikmati satu rasa ataupun di mix (dua rasa) tergantung selera kita. Bagi yang gak doyan Ice Cream ada menu hangat lainnya juga.

[ Durian + Strawberry ]


Selanjutnya kami menuju "Resep Moyang" yang terletak di Jl. Pahlawan, Suropati. Dari lembang ganti-ganti angkot tiga kali dan di tambah jalan kaki kurang lebih 300 meter, itung-itung ngosongin perut lah biar muat lagi.

[ Resep Moyang ]


Menu utama disini adalah Pizza Remo, kata "Remo" berasal dari Resep Moyang dan cara masaknya berbeda dengan pizza-pizza lainnya yang memasaknya di oven, kalau Pizza Remo cara memasaknya dengan cara di panggang mengunakan tungku yang membuat rasanya semakin gurih dan khas banget. Selain pizza banyak menu makanan berat lainnya ataupun minuman yang bisa mengenyangkan perut.

[ Pizza Remo ]

[ Black Jazz ]


Hari sudah mau malam mengingat sudah booking travel takut ketinggalan maka kami beranjak pulang ke masing-masing tujuan. Di tengah perjalanan Kami mampir di Yoghurt Cisangkuy yang letaknya tidak jauh dari Gedung Sate. Varian rasanya pun juga banyak dan tidak hanya yoghurt saja yang disajikan, ada cemilan-cemilan juga untuk menemani yoghurt.


[ Yoghurt Lecy ]

Follow me

Jangan hanya angan di angan saja