Sabtu, 13 Agustus 2016

Sensasi Camping Via Ferrata di Gunung Parang

04.21
     Gunung Parang terletak di Desa Pesanggrahan, Tegalwaru, Purwakarta merupakan gunung bebatuan yang menjulang tinggi cuma sekitar 963 Mdpl. Walaupun "cuma" namun tidak mudah untuk mencapai puncaknya karena terdapat 3 puncak dengan jalur yang masih susah dilalui.
Kami bersembilan dengan formasi dua cowok dan enam cewek mencoba untuk camping di Gunung Parang. Jalur yang kami lalui kali ini agak berbeda dari jalur yang pernah di coba di gunung-gunung yang lain, yaitu via Ferrata (mendaki dengan memanjat tangga-tangga besi). Berhubung medan yang dilalui tidak seperti biasa bahkan harus menggendong kulkas dua pintu a.k.a tas carrier maka kami kurang-kurangin barang bawaan untuk di bawa naik keatas agar tidak beresiko, kata guide setempat baru pertama ini rombongan kami yang camping di atas  (100 Mt) dengan menggendong kulkas dua pintu.




[ Gunung Parang Via Ferrata ]




     Mulai pasang Hardness ke badan kemudian di beri pengarahan untuk naik, dengan muka pada tegang namun instruktur tetap santai menanggapinya dengan becandaannya. Yuk mulai langkah pertama pertama mengaitkan Carabiner ke kabel sling kemudian memanjat tangga besi, berasa gimana gitu.. gemeteran atas bawah tapi dengan muka yakin bisa sampai atas. Langkah demi langkah melalui di bawah teriknya sinar matahari, keringat terus ngalir bukan karena takut, hahaha. Kalau masih di tengah jalan terasa capek bisa istirahat sejenak dengan mengaitkan Carabiner ke tangga sampai posisi badan menggantung agar tidak menjeblos ke bawah. Kami naik santai dengan waktu sekitar 45-60 menit sambil mengabadikan momen bergelantungan tali. Agak berat sih karena harus menggendong kulkas dua pintu juga.




[ Team Kesembilanan ]





[ Pemanasan Sebelum Merayap di Dinding ]




     Sesampai di atas istirahat sejenak dan tidak lupa lagi untuk selfie di salah satu tebing yang sudah disiapkan pengamannya. Dengan berbagai gaya sampai memori penuh tidak dikenakan tarif, asal kalian bahagia.. hahaha.




[ Dimulai dari sini ]




















[ Selfie Area ]




     Setelah itu kami memasang tiga tenda dengan kapasitas masing-masing tiga orang di susun sesuai tempatnya karena lokasi sangat minim untuk memasang tenda. Setelah semua beres langsung pada masuk tenda dan tidur pules padahal matahari masih tinggi. Tapi memang terasa lelah banget karena paginya habis nanjak ke Gunung Lembu terus turun lanjut Gunung Parang. Walaupun mayoritas cewek tapi mereka kuat-kuat banget, ga tau makanannya apa mereka bisa sekuat itu. Dan jam 16.30 kemudian hujan turun kurang lebih sampai jam 20.00, benar-benar pules buat tidur. Bangun-bangun pun berasa sudah pagi, ternyata masih jam 20.00an dilengkapin rasa lapar pula. Dengan logistik seadanya kamipun tanggap mengolahnya untuk mengobati rasa lapar.

     Duduk-duduk diatas susunan bambu saling bercerita dari masalah perjalanan, hubungan asmara, pendidikan dan lain-lain. Menghabiskan malam di bawah sinar bulan entah ada apa aja buat bahan pembicaraan yang penting ramai. Dan yang paling seru membicarakan pada waktu SMA dari masa bandelnya di kelas, bandel di luar kelas sampai muncul tagline "ga ada beban, ga ada pikiran, ga punya duit masih bisa tenang" atas karya bang Dikung, hhhaaaha. Setiap pembicaraan selalu diakhiri dengan tagline itu, nyambung ga nyambung asal kocak. 
Rasa kantuk mulai menyerang dan peserta mulai berguguran masuk ke tenda. Dengan posisi seperti pisang sale yang penting bisa tidur. Sekitar jam 1-2 pagi ada hal yang aneh diluar tenda, pikir saya itu paling salah satu temen lagi buang air kecil atau monyet nyari makan. Tidur kebangun tidur kebangun tapi suara itu muncul ilang terus, kata saya ini pasti gak beres. Karena yang diatas hanya kelompok kami saja yang bermalam mau ga mau dipaksain harus bisa tidur agar menghilangkan rasa takut itu.

     Pagi pun tiba dan teringat lagi malam itu, namun diantara kami tidak ada yang mengangkat cerita itu dan lanjut berkemas-kemas untuk turun. Jalur yang dilalui turun tidak via ferrata lagi, melainkan jalur traking bisa dikatakan agak susah karena licinya medan yang belum terbentu undak-undakan pijakan kaki. Sekitar 30-40 menit turun sampai basecamp dilalui lanjut bersih-bersih dan mandi dengan dua kamar mandi yang tersedia di lokasi.




[ Camp Ground ]












Dilanjutkan perjalanan menyewa angkot dari Gunung Parang ke Stasiun Purwakarta dengan waktu tempuh 1,5 jam kemudian ganti kereta ekonomi dari Stasiun Purwakarta ke Stasiun Pasar Senen hanya bertarif Rp. 6000,- sudah AC sangatlah murah dibanding naik bus. Di perjalan ke Jakarta tiba-tiba ada yang menanyakan kejadian semalam terdengar langkah kaki di sekitar tenda, nah beberapa teman pun juga mengalami hal tersebut dan ternyata benar semalam ada miss uniperes lagi mengelilingin tenda-tenda kami. Rasa takutpun terbayar kalo "mereka" ternyata ada di sekitar lokasi camping.









[ Stasiun Purwakarta ]





[ Tiket Kereta Hanya Rp. 6000 ]



     Sebenarnya tidak masalah kalau kita tidak mengganggu "mereka" yang penting berdoa minta keselamatan dan lindunganNya. Next time kami akan mencoba ferrata kembali yang lebih tinggi di Gunung Parang yang katanya tertinggi kedua se Asia.



Minggu, 07 Agustus 2016

Goa Agung Garunggang

03.20
     Situs Ekologi Goa Agung Garunggang terletak di daerah Babakan Madang Kabupaten Bogor, dengan luas sekitar 1 Ha tersusun bebatuan menjulang tinggi dan menyebar.



[ Salah satu batu yang unik ]


     Untuk mencapai lokasi ini jika dari Kota Bogor maka ambilah rute ke arah Jungle Land kemudia terus ke arah Leuwi Hejo. Patokan ada tanda arah Kedung Laya, kalaupun tidak menemukannya ada jalanan setapak kurang lebih 1 Km sebelum jalan masuk ke Curug Asih.
Ikutin jalan cor-coran dengan lebar 1 meter tersebut sampai menemukan pos jaga. Hanya kendaraan roda dua yang bisa masuk sampai pos tersebut. Bila ingin menitipkan bisa dititipkan ke warga setempat dilanjutkan traking kurang lebih 2-3 Km.
Berhubung kami belum tahu arah menuju lokasi maka diputuskan dengan bantuan warga lokal untuk minta di antar sampai tujuan. Dari pos tersebut jalanan berubah menjadi tanah merah, cadas dan pasir gembur yang bervariasi dengan tanjakan dan turunan selayaknya track motor trail. Dengan nekad kami lalui dengan hati-hati karena cukup sempit dan tidak ada pembatasanya di satu sisi yang melihatkan jurang langsung.









     Satu jam berlalu akhirnya sampai juga di lokasi dengan tempat parkir seadanya dan di sambut oleh seorang kakek yang tingal di kawasan tersebut, beliau setiap harinya merawat sekitar area lokasi situs dan kadang mengantarkan tamu untuk menyusuri goa yang ada di ujung situs.















     Untuk masuk goa harus menggunakan alat bantu karena berbentuk vertical sekitar 6-7 meter kemudian horizontal dengan kedalaman yang belum diketahui. Jangan lupa bawa senter dulu sebelum masuk goa karena sangat gelap dan sempit, didalam goa juga terdapat aliran air kecil dan kehidupan sekumpulan kelelawar. Kami hanya bisa masuk sekitar 10-15 meter saja karena semakin kedalam semakin kecil pula goanya.








     Setelah selesai explore Goa Agung Garunggang kami lanjut bergegas kembali mengingat jalannya yang berat dan menghindari hujan juga.
Saran dari saya untuk explore Goa Agung Garunggang harus lihat cuaca dulu bila membawa motor sampai lokasi dan pastikan kondisi motor harus sehat serta pengendaranya juga handal.





Follow me

Jangan hanya angan di angan saja