Ulasan Buku : Flowers for Algernon
#menembusangan
00.37
Penulis : Daniel Keyes
Penerbit : UFUK Press
Penerjemah : Dewi Kartika Teguh Wati
Tahun
Terbit : 2007
Jumlah
Halaman : 457 halaman
Charlie Gordon adalah
pria berusia 33 tahun, berprofesi sebagai penyapu lantai di toko roti Donner dan terlahir dengan IQ 68. Sepanjang
hidupnya Charlie selalu menjadi bahan olok-olokan teman-temannya bahkan oleh
ibu nya sendiri, Rose. Awalnya Rose tidak menerima keadaan putra nya dan mulai
mencoba berbagai cara untuk dapat menyembuhkan. Namun, karena tidak membuahkan
hasil ia pun mulai melakukan kekerasan saat Charlie melakukan kesalahan.
Ditambah lagi dengan kehadiran adiknya, Norma. Seolah keterbatasan kecerdasan
adalah penyakit menular, Charlie sering mendapatkan perlakuan tidak adil. Norma
selalu mendapat perlakuan khusus dan Charlie selalu dihukum.
Di kelas untuk orang
dewasa terbelakang, tempat Charlie belajar membaca dan menulis, Ia memiliki
guru favorit, yaitu Nona Kinnian. Nona Kinnian pun yang menyarankan agar
Charlie sebagai orang terpilih untuk mengikuti eksperimen yang sedang
dikerjakan oleh Profesor Nemur dan dokter Strauss, melihat dari ketekunan dan
semangat Charlie untuk belajar. Eksperimen ini adalah teknik pembedahan otak untuk
meningkatkan kecerdasan. Sehingga manusia yang terlahir dengan kecerdasan
dibawah rata-rata dapat diubah menjadi manusia yang jenius.
Eksperimen ini telah sukses
di uji cobakan kepada seekor tikus yang bernama Algernon dan mengalami
peningkatan kecerdasan yang amat signifikan. Sebelum dilakukan operasi, Charlie
harus mengikuti serangkaian tes. Salah satunya adalah berkompetisi dengan
Algernon dalam tes melewati labirin. Selain itu, ia juga diwajibkan untuk
menulis laporan perkembangan setiap harinya.
Setelah dilakukan operasi kehidupan Charlie
Gordon pun berubah. Charlie seperti spons raksasa yang menyerap berbagai ilmu
pengetahuan. Buku-buku di perpustakaan Universitas Beekman sudah menjadi
temannya sehari-hari. Namun perkembangan kecerdasan ternyata tidak berbanding lurus dengan perkembangan emosi. Dalam
diri Charlie masih tersimpan emosi anak kecil seperti sebelum ia dioperasi.
Charlie perlahan
berubah menjadi sosok yang emosional. Charlie mulai menolak mengikuti
serangkaian tes yang memang harus dilaluinya untuk melihat perkembangan
penelitian. Ia pun mulai berani membantah Prof Nemur dan dr Strauss. Bahkan Ia
melarikan diri dan membuat kekacauan dengan melepaskan Algernon saat pameran
dan presentasi penelitian karena merasa dirinya hanyalah “bahan percobaan” dan
sebelumnya tidak dianggap manusia.
Banyak yang tidak
menyukai kepribadian Charlie yang baru baik dari rekan-rekan di toko kue donner
maupun di lab tempat melakukan riset. Tidak hanya itu, Charlie jenius selalu
merasa bahwa ada sosok Charlie dungu yang sedang bersembunyi dan mengawasi
gerak geriknya. Charlie jenius dan Charlie dungu bertukar peran pada saat
Charlie jenius kehilangan kesadaran baik karena mabuk maupun tertidur.
Ternyata kejadian itu
tidak hanya dialami oleh Charlie, Algernon pun mengalami perubahan perilaku
yang nyaris serupa. Algernon tidak mau mengikuti tes labirin, mogok makan,
mulai membentur-benturkan badannya ke kandang, bahkan mulai menyerang
pasangannya dan manusia. Hal itu terus terjadi pada Algernon, hingga akhirnya
dia mati.
Seperti kurva yang
mencapai klimaks lalu menurun, apakah Charlie akan mengalami kemunduran
kecerdasan secara drastis kemudian dan juga akhirnya mati? Atau kah ia mampu
mempertahankan kejeniusannya?
Novel dengan judul asli
yaitu Flowers of Algernon mengalami
perubahan judul di Indonesia menjadi Charlie Si Jenius Dungu. Novel ini dikemas
dalam bentuk laporan kemajuan yang ditulis oleh Charlie Gordon sendiri,
sehingga kita dapat melihat kemajuan kecerdasan yang dia alami. Dari penggunaan
kata yang terbalik balik sampai yang penggunaan diksi yang ilmiah dan jarang
digunakan dalam keseharian. Kesan saya terhadap novel ini adalah, Pertama ini merupakan contoh novel fiksi
sarat ilmu pengetahuan, teori psikologi khususnya. Menawarkan hipotesis dan
diakhiri kesimpulan yang meyakinkan dengan didukung oleh teori-teori yang
relevan dengan eksperimen tersebut.
Kedua, alur pada awal
cerita bergerak cepat dan namun saat memasuki tengah cerita nampak agak lambat
dan kembali menarik menjelang akhir. Ketiga,
ada kalimat yang saya agak setuju dari novel ini,
kalimat yang diucapkan suster yang merawat Charlie saat baru saja menjalankan
operasi. Kalimatnya adalah, “mungkin
mereka tidak punya hak membuat orang pandai karena karena jika Tuhan ingin
menjadikan seseorang pandai. Dia dapat membuat nya terlahir pandai”. Karena menurut saya setiap manusia memang
memiliki keistimewaan, bila memang memiliki kekurangan dalam hal kecerdasan itu
bukan berarti jadi manusia tidak berguna, tapi bisa dialihkan dengan kemampuan
lain di luar akademis yang tentu saja peranan keluarga dan masyarakat pun
memegang peranan penting untuk mengarahkan dan mengawasi
Terima kasih sudah
membaca ulasan saya J
Diulas oleh Dwi Isti Anggraini